Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 11)

- 8 Mei 2021, 09:58 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY


“Ieyasu!” sentak Tsukiyama, memberitahu bahwa dirinya seratus persen sadar. Tsukiyama mulai lelah, merasa bahwa suaminya tidak akan pernah mengerti dengan rasa khawatirnya. Ia tidak hanya khawatir sebagai seorang istri, namun juga sebagai seorang ibu.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 8 Mei 2021: Bahaya! Elsa Nekat Buat Al Kritis, Reyna Akhirnya Kembali ke Pelukan Nino?

“Dengar, Sena!” Ieyasu bahkan sampai memanggil nama asli istrinya, memaksa Tsukiyama untuk mempertimbangkan pikirannya berulang kali. Ieyasu tahu masalah ini sangat serius. Sekali saja salah melangkah, tamatlah riwayat Tsukiyama.

“Jika kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan, harusnya kau sadar dengan resikonya!”


“Ya, aku tahu!” tegas Tsukiyama. “Jika rencana ini gagal, Tuan Nobunaga bisa saja memenggal kepalaku karena dianggap bersekongkol dengan musuh!” manik Tsukiyama nampak sayup karena kelelahan saat cahaya keemasan dari lilin di ruangan tersebut menerangi wajahnya. Tanpa Tsukiyama sadari, air mata mulai jatuh ke pipinya.
“Kalau itu masalahnya, kalau memang kau khawatir padaku, pada Nobuyasu dan Kame, aku akan menyuruh putra kita itu untuk mencari selir! Setidaknya hingga dia bisa mengamankan posisinya!”


“Lalu bagaimana dengan istrinya?! Kau tahu bagaimana ia selalu berpegang pada kartu raja milik ayahnya!” Tsukiyama benar-benar menaikan nada bicaranya.
Maksud Ieyasu menenangkan dan mengurangi rasa khawatir Tsukiyama malah langsung ditepas oleh sebuah perlawanan. Keduanya sama-sama tidak memiliki jalan keluar. Baik itu kegelisahan Tsukiyama ataupun keegoisan Ieyasu sama-sama tidak menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 8 Mei 2021: Tega! Bu Farah Depak Nana dari Rumah Buwana, Dewa OTW Bebas!


“Aku mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan keberadaan klan kita di sisi Klan Oda!” Ieyasu ikut membentak istri sahnya itu. “Tidak akan aku biarkan seornag pun menghalangiku!”


Tsukiyama mendorong suaminya itu, memaksa Ieyasu melepas genggaman pada bahunya. “Kau tidak akan pernah bisa mengerti perasaanku!”***

Halaman:

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah