GALAJABAR - "Ri, cinta memang serumit itu. Tapi, yang harus diingat, kalau hatimu hancur, kamu tidak akan bisa hidup lebih lama untuk menjaga orang yang kamu cintai. Jadi, pertama-tama jangan biarkan hatimu hancur..."
Hidup ini berisi pilihan-pilihan, dengan konsekuensinya masing-masing. Pilihan-pilihan yang kita ambil itu pun tidak serta-merta menjadi pilihan yang tepat, tapi bisa jadi itu adalah pilihan terbaik yang bisa kita ambil di saat itu.
Seperti yang dialami sosok Auri di dalam novel Edelweiss karya Vica Azizah. Auri yang tampak memiliki kehidupan yang sempurna baik di karier dan jalinan asmaranya, pun harus tetap membuat pilihan yang memberatkannya.
Mempertahankan kesempurnaan yang ada digenggaman tangannya, atau menggapai uluran tangan yang mampu membuatnya sepenuhnya menjadi dirinya sendiri.
Di dalam novel Edelweiss ini, Vica Azizah membuat perwakilan yang unik antara manusia, rasa, dan semesta, melalui tiga karakter utama ceritanya.
Sosok Auri mewakili hasrat terpendam seorang wanita yang ingin dirinya bebas dan menjadikan hidupnya adalah miliknya sendiribukan milik siapa pun.
Sosok Bian mewakili rasa yang ada di dalam hati setiap manusia; tidak terprediksi, yang kadang harus dipendam, kadang harus diutarakan, yang setelah melakukannya tidak serta-merta membuat rasa itu jadi pergi.
Sedangkan, Akyo mewakili semesta, yang sempurna, banyak berjasabanyak memberitapi rusak karena keserakahan manusia.