Pertanian Organik Jadi Pilihan, Ini yang Dilakukan Dedi Mulyadi di Subang

1 Maret 2023, 14:17 WIB
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dialog dengan petani terkait pertanian organik. /ist/

GALAJABAR - Pertanian organik sudah diterapkan di hampir seluruh areal persawahan di Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang.

Peralihan tersebut tak lepas dari peran Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi yang fokus untuk mengubah pertanian berbasis kimiawi menjadi pertanian organik.

Kang Dedi sapaan Dedi Mulyadi, bahkan bertemu salah seorang petani yang telah berhasil mengaplikasikan percontohan pertanian organik di Lembur Pakuan. Petani bernama Ahmad tersebut sehari-hari juga bertugas sebagai pengatur air ke sawah.

Baca Juga: Doa Berziarah Kubur ke Makam Orang Tua, Harus Dilakukan Jelang Bulan Ramadhan?

Ahmad sendiri memiliki 225 bata sawah garapan yang telah beralih ke organik. Untuk pupuk ia menggunakan kotoran sapi yang diencerkan dan difermentasi menggunakan EM4. Pupuk tersebut disebar ke sawah sebelum atau sesudah dibajak.

"Selanjutnya tandur normal. Benih pakai pupuk organik dari kotoran ayam. Kemudian setelah 14 hari pakai pupuk organik kotoran sapi," kata Ahmad seperti dalam rilisnya.

Berselang waktu sawah dibersihkan dari gulma agar pertumbuhan padi bisa maksimal. Sebulan kemudian diberi pupuk organik yang terbuat dari campuran kotoran ayam, gula dan air kemudian difermentasikan.

"Itu dari 800 mili hanya digunakan 30 mili jadi sangat irit," katanya.

Baca Juga: Pemprov Jawa Barat Tetapkan 54 Karya Budaya sebagai WBTB Tahun 2023

Campuran untuk Hama

Sementara untuk hama, Ahmad menggunakan campuran belerang, soda api, garam dan tiga liter air. Campuran bahan tersebut kemudian disemprot untuk membasmi hama tekuk leher.

Berbeda dengan yang lain, pertanian organik di Lembur Pakuan justru memanfaatkan hama keong emas dibandingkan dengan membasminya. Keong emas dikumpulkan dalam tong dan dibiarkan membusuk untuk diambil airnya.

"Airnya ditambah gula dan Yakult (minuman probiotik). Kan ini padi sehat, Yakult itu katanya sebagai vitamin. Setelah itu disemprot cukup sekali dan hasilnya sudah bagus seperi sekarang," ucap Ahmad.

Baca Juga: Kenali Ciri Ciri dan Gejala Wabah Difteri yang Jadi KLB, Salah Satunya Cara Penularan sama dengan Covid-19

Kang Dedi Mulyadi sendiri berambisi mengubah pertanian menjadi organik agar petani semakin makmur. Jika terus seperi sekarang dengan kondisi pupuk langka, obat-obatan mahal dan harga gabah yang dipatok murah malah akan memiskinkan petani.

"Kalau mau mengubah petani menjadi makmur, petani sehat, padi sehat, sawah sehat, sehat dari kapitalisasi itu caranya berubah ke pertanian organik. Jadi tidak butuh lagi pestisida, urea, KCL, semua pabrikan, tapi semua diubah mandiri. Nanti setiap petani didorong untuk memiliki ternak," kata Kang Dedi.

Menurut Kang Dedi paradigma yang juga perlu diubah adalah pemahaman petani mengenai hewan ternak. Sebab selama ini petani hanya mengutamakan daging ternak, sedangkan yang paling utama adalah kotorannya.

Baca Juga: Sidang Mahkamah Agung, Empat Saksi Kompak Jawab Tidak Tahu Soal Barang Bukti Tulisan Form Putusan

"Kalau daging hanya sekali ternak dijual saat waktu tertentu. Sedangkan kotoran dan air kencing ternak bisa terus digunakan untuk kebutuhan pertanian," ucapnya.

Dalam membangun pertanian organik di Lembur Pakuan, Kang Dedi dibantu oleh seorang staf khusus bernama Aswin. Meski bukan seorang yang 'bergelar' namun Aswin mampu mengembangkan segala potensi yang ada untuk pertanian organik.

Salah satunya adalah pemanfaatan air kencing ternak yang difermentasikan menggunakan minuman probiotik dan gula. Hasil fermentasi tersebut kini telah digunakan ke sejumlah areal sawah di Lembur Pakuan.

Baca Juga: 10 Tari Berpasangan dari Jawa Barat Yang Populer

"Air kencing manusia lebih bagus karena manusia makannya masuk apa saja. Kemudian nanti bisa difermentasikan lagi pakai gula, gula itu sebagai makanan bakteri," ucap Aswin.

Kang Dedi tak membayangkan jika air kencing manusia bisa dimanfaatkan untuk pertanian organik. "Pertanian Organik itu semua bermanfaat tidak ada yang terbuang. Kebayang nanti bisa-bisa gak akan ada WC," ucapnya.

Meski hanya menjabat sebagai Anggota Legislatif, Kang Dedi tak mau hanya memberi masukan dan pengawasan. "Lebih baik turun langsung memberikan contoh kepada masyarakat untuk memulai pertanian organik," pungkas Kang Dedi.***

Editor: Reza Rafaeza

Tags

Terkini

Terpopuler