Ada Apa Tanggal 11 Maret? Inilah Latar Belakang Lahirnya Peristiwa Supersemar

10 Maret 2023, 16:57 WIB
residen Pertama Soekarno Menunjuk Perwira TNI Soeharto. /



GALA JABAR - Tanggal 11 Maret merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena dalam tanggal tersebut merupakan hari lahirnya Supersemar atau kepanjangan dari Surat Perintah Sebelas Maret.

Awal adanya Supersemar, pada 11 Maret tersebut karena saat ini dipenghujung Orde Lama, kondisi ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dengan tingkat inflasi luar biasa. Hal ini menyebabkan kenaikan harga tak terkendali di berbagai sektor.

Keadaan semakin diperparah dengan banyaknya pejabat Orde Lama yang terlibat korupsi. Hingga puncaknya terjadi perisitiwa kudeta terhadap perwira tinggi Angkatan Darat yang dilakukan oleh PKI pada 30 September 1965(G30S).

Baca Juga: Siap Siap! PKL di Kawasan Tegallega Kota Bandung akan Ditata, Ini Konsep yang Ditawarkan Sekda Ema Sumarna

Peristiwa tersebut kemudian menjadi awal dari kejatuhan rezim Orde Lama. Tidak berapa lama berselang sejak terjadinya peristiwa G30S timbulah gelombang perlawanan dari berbagai elemen masyarakat terhadap rezim Orde Lama.

Hal ini semata terjadi akibat kemuakan masyarakat atas keadaaan politik dan ekonomi yang tak kunjung membaik. Benih-benih demosntrasi pun mulai bermunculan.

Puncaknya pada 10 Januari 1966 terjadi demonstrasi besar- besaran yang dilakukan berbagai elemen. Mulai dari mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat.

Mereka semua membaur menjadi satu guna menyuarakan tiga tuntutan pokok. Meliputi, pembubaran PKI, mereformasi kabinet Dwikora, dan meminta penurunan harga kebutuhan pangan.

Tiga tuntutan ini kemudian dikenal dengan Tritura yang berarti Tiga Tuntutan Rakyat. Dari tuntutan tersebut, Presiden Soekarno pun hanya menggubris dua hal, yaitu reformasi kabinet dan juga penurunan harga kebutuhan pangan.

Baca Juga: Amar Komarudin Dilantik Jadi Ketua PSSI Garut, Bupati Rudy Gunawan Minta Benahi PSSI

Hal ini nyatanya membuat kecewa berbagai kalangan. Terutama terhadap kalangan yang ingin agar PKI dibubarkan, tak ayal hal ini pun kemudian memicu kembali gelombang demonstrasi massa.  

 

Kejadian 11 Maret 1966

Suasana demonstrasi masih menyelimuti selama beberapa waktu. Pada 11 Maret 1966 kala itu, terjadi demosntrasi di sekitar area Istana Merdeka, Jakarta.

Presiden Soekarno sendiri saat sedang melaksanakan rapat kabinet di dalam Istana Negara Jakarta. Tak berapa lama berselang sejak rapat dimulai, Komandan Cakrabirawa Brigjen Sabur (selaku pasukan pengaman presiden) yang kala itu sedang menyisir area Istana melihat sekelompok pasukan berkumpul di sekitar halaman Istana Kepresidenan.

Melihat hal tersebut, ia langsung menulis nota pemberitahuan dan mengabarkan kepada Pangdam V Jaya Brigjen Amir Mahmud untuk memberitahu presiden. Jika ada sekelompok ‘pasukan liar’ disekitar Istana.

Namun, nota tersebut tidak digubris oleh Brigjen Amir Mahmud. Brigjen Sabur pun langsung menyampaikan nota secara langsung kepada Presiden Soekarno.

Mendapat laporan tersebut membuat Presiden Soekarno langsung panik seketika. Hingga kemudian memutuskan meninggalkan rapat dan menyerahkan sisanya kepada Wakil Perdana Menteri IV Leimena.

Baca Juga: Dukung Pidanakan Kasus Kerusakan Lingkungan di Ranca Upas, Manggala Siap Dukung Pemda dan Kepolisian

Sementara, Soekarno sendiri langsung bergegas meninggalkan Istana Jakarta menuju Istana Bogor dengan menggunakan helikopter. Bersama Wakil Perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh.

Menurut Eros Djarot dalam bukunya Misteri Supersemar (2006) sebenarnya yang dimaksud ‘pasukan liar’ oleh Brigjen Sabur merupakan pasukan Kostrad yang hendak menangkap Soebandrio. Pasukan Kostrad tersebut sengaja berpakaian bebas agar tidak menyebabkan kepanikan.

Sebab Soebandrio dicurigai sebagai salah satu orang dalam kabinet Soekarno yang terlibat dalam G30S. Yang didalangi oleh PKI.***

Editor: Ryan Pratama

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler