La Nina Berlangsung Hingga Bulan Mei, Efeknya Beberapa Wilayah di Indonesia Terlambat Masuk Musim Kemarau

- 30 Maret 2021, 11:47 WIB
Ilustrasi Kemarau / Pixabay
Ilustrasi Kemarau / Pixabay /

GALAJABAR - Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) memprediksi musim kemarau terjadi pada April 2021 di sebagian wilayah Indonesia.

Sebesar 22,8 persen Zona Musim (ZOM) terjadi di beberapa zona musim Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian wilayah Jawa.

"BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, Musim Kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April 2021," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip Galajabar melalui laman BMKG, 30 Maret 2021.

Baca Juga: Singgung Moeldoko, Benny K Harman: Menggunakan Isu Radikalisme untuk Mematikan Lawan Politik adalah Hate Crime

Dalam keterangannya, Kepala BMKG mengatakan April hingga Mei 2021 merupakan masa pengalihan dari musim hujan ke musim kemarau (Pancaroba) meskipun sejumlah daerah sudah memasuki musim kemarau.

Hasil pantauan BMKG terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah.

Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.

Baca Juga: Putrinya Dituduh Berselingkuh, Ibunda Mikhavita Wijaya: Saya Sangat Marah Sekali Anak Saya Difitnah!

Sejumlah wilayah yang akan memasuki musim kemarau lebih dulu pada April 2021 yaitu wilayah Nusa Tenggara, Bali dan sebagian wilayah Jawa.

Sedangkan beberapa wilayah Kalimantan dan Sulawesi diprediksi akan masuk musim kemarau pada Mei hingga Juni 2021.

Lalu 30.4 persen wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Mei 2021, meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, Jawa, Sumatera, sebagian Sulawesi, dan sebagian Papua.

Sementara, sebanyak 27.5 persen wilayah akan memasuki Musim Kemarau pada Juni 2021, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, sebagian Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian kecil Maluku, dan Papua.

Baca Juga: Jadi Kuasa Hukum Desiree Tarigan, Hotman Paris Akui Kalah dari Hotma Sitompul: Saya Kalah Baru Nikah Satu Kali

Bulan April hingga Mei merupakan masa peralihan dari Musim Hujan ke Musim Kemarau, oleh karena itu Deputi Bidang Klimatologi, Herizal mengimbau masyarakat untuk waspadai potensi hujan lebat dengan durasi singkat, angin kencang, puting beliung dan potensi hujan es yang biasa terjadi pada periode tersebut.

"Musim Kemarau pada tahun 2021 akan datang lebih lambat dengan akumulasi curah hujan yang mirip dengan kondisi Musim Kemarau biasanya. Artinya Musim Kemarau 2021 cenderung normal dan kecil peluang terjadinya kekeringan ekstrem, seperti musim kemarau tahun 2015 dan 2019," kata Herizal selaku Deputi Bidang Klimatologi.

Musim kemarau basah dan musim kemarau kering akan terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Baca Juga: Menlu Prancis Sebut Junta Militer Myanmar Membabi Buta Mematikan Penduduk Sipil

BMKG meningkatkan kewaspadaan bagi wilayah yang diprediksi akan alami kemarau kering seperti Aceh Tengah, sebagian Sumatera Utara, Riau Utara, Sumatera Barat bagian Timur, Jambi barat dan timur, Bengkulu utara, Jawa Barat bagian tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, dan Sulawesi Selatan.

Puncak Musim Kemarau 2021 diprediksi terjadi pada bulan Agustus 2021. Karena itu Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat diharapkan untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan, dan rawan terjadi kekurangan air bersih. (Penulis: Annisa Nur Fadillah)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x