Fadjroel Rachman Terbang ke Kazakhstan, 2 Nama Ini Diusulkan Jadi Jubir Presiden, Refly Harun: Cocok Sekali!

- 26 Oktober 2021, 13:00 WIB
Ahli dan pakar hukum tata negara Refly Harun.
Ahli dan pakar hukum tata negara Refly Harun. /Tangkapan layar Youtube.com/ Refly Harun

GALAJABAR - Ahli hukum tata negara, Refly Harun membeberkan kriteria untuk menjadi Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurutnya, Juru Bicara Presiden Jokowi itu mesti vokal membela pemerintah.

Lantas, ia pun langsung mengusulkan nama Ali Mochtar Ngabalin dan Ferdinand Hutahaean untuk dijadikan sebagai Juru Bicara Presiden Jokowi.

“Pendamping Presiden Jokowi mesti yang vokal dalam membela pemerintah,” ujarnya melalui kanal YouTube Refly Harun, seperti dikutip Galajabar, Senin, 25 Oktober 2021.

Baca Juga: Ini Potret dan Total Harga Fesyen Item Lesti Kejora di Turki

“Jadi Ferdinand Hutahaean, Ngabalin, dan beberapa nama lain. Tapi utamakan dua nama ini untuk jadi Juru Bicara Presiden,” sambung dia.

Usulan ini tidak lepas dari momen pengangkatan Fadjroel Rachman menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan.

“Hari ini, Fadjroel Rachman diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan,” kata Refly Harun.

Baca Juga: Tangan Kanan SBY, Mantan Mensesneg Sudi Silalahi Meninggal, Zulkifli Hasan: Kita Patut Kehilangan

“Salah satu usulan saya jadikan Ngabalin sebagai Juru Bicara Presiden. Maksudnya biar jelas sikap istana itu seperti apa. Mau menjelaskan kebijakan pemerintah atau mengintai orang lain,” tambahnya.

Di samping itu, ia juga menilai Ali Mochtar Ngabalin dan Ferdinand Hutahaean sebagai sosok yang kerap membawa-bawa nama istana ketika memberikan sebuah statement di hadapan publik.

“Kalau untuk mengintai orang lain, cocok sekali Kak Ngabalin, Ferdinand Hutahaean untuk jadi Juru Bicara Presiden,” ungkapnya.

“Ngabalin dan Ferdinand Hutahaean itu kerap berbicara dengan membawa-bawa nama istana,” lanjutnya.

Baca Juga: Diduga Balas Dendam Brazil, Situs BSSN Dibobol Peretas, Pakar: Seharusnya Sejak Awal Punya Rencana Mitigasi

Terlebih lagi dirinya menganggap Fadjroel Rachman sebagai sosok yang lembek apabila dibandingkan dengan Ali Mochtar Ngabalin dan Ferdinand Hutahaean.

“Mungkin Fadjroel Rachman dianggap terlalu lembek sehingga diparkir ke posisi duta besar,” ungkap Refly Harun.

“Saya lihat perpindahan posisi ini bukan penghargaan, posisi duta besar itu sebenarnya demosi buat Fadjroel Rachman,” jelas dia. ***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x