Baca Juga: Marvel Tampilkan 10 Alien, Tokoh Super Hero Paling Berbeda
“Coba bayangkan kalau pengusaha Cina punya smelter di Cina itu beli bijih nikelnya US$ 80 per ton,” tuturnya dilansir Galajabar Selasa, 2 November 2021.
“Tapi kalau pengusaha Cina yang punya smelter di Indonesia beli bijih nikelnya US$ 20 per ton, kan bodoh kita. Jangan diobral begitu,” imbuhnya.
Selain itu, akademisi di Universitas Indonesia (UI) ini menilai smelter milik investor Cina di Tanah Air tidak sepenuhnya mendukung industrialisasi di Indonesia.
Pasalnya, mereka masih melakukan ekspor produk turunan nikel setengah jadi. Menurutnya hal itu telah merugikan Indonesia sekitar Rp 200 triliun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
“Setidaknya Rp 200 triliun dalam 5 tahun ini, coba bayangkan, dan sampai sekarang tidak ada lembaga pemerintah yang menyanggah ucapan saya itu,” ungkapnya.
Dia menduga ada kekuatan yang besar di balik semua itu, sehingga tidak ada yang pernah membicarakan hal ini.
“Mereka malu, mereka pun tahu tapi mereka tidak berdaya. Nah pasti ada kekuatan yang besar sekali di balik itu yang membacking. Saya mengatakan juga mereka tidak perlu PR, karena PR-nya Pak Luhut dan kantornya sendiri," sambungnya. ***