Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

- 25 Desember 2020, 07:56 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Dazai yang selama ini sedang Ango cari ternyata berada pada sebuah bar tua dan sunyi di sampingan kota.

Dazai mengingat masa lalunya dan seakan berbicara apda orang yang bahkan sudah tidak ada.

Sesaat setelah Ango menemukannya, ia kembali menghilang dank abut di tengah kabut yang menutupi seisi Yokohama.

Simak kisah selanjutnya manga karya Sadrina Suhendra.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

“Tell me how it’s feel sittin’ up there.
Feeling so high but to far away to hold me.”

Dazai menatap keluar jendela dari menara pusat kota Yokohama yang menjadi markas utama Shibusawa.

Maniknya mengisyaratkan bahwa ia merindukan sesuatu. Ada sesuatu hilang dan sangat-sangat ia rindukan.

Warna putih nampak mendominasi langit malam. Dazai pun sudah mengenakan kemeja hitamdan setelah tiga lapis berwarna putih, selaras dengan warna langit malam dan kabut yang menutupi Yokohama.

“Dazai,” panggil seseorang. “Apa kau tidak bosan terus melihatnya?”

“Bosan?” tanya Dazai tanpa menoleh.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

“Iya, bukankah itu membosankan?” balas orang itu. “Hanya ada lautan berwarna putih dan kehampaan. Sungguh warna yang monoton.”

“Malam ini, seluruh kemampuan khusus di Yokohama akan menjadi milikku. Sekali lagi takkan ada yang bisa melebihi kecerdasanku. Takkan ada yang melebihi ekspektasiku. Membosankan!”

“Dulu juga aku sempat bosan, sama sepertimu.” balas Dazai.

“Bagaimana kau melaluinya?” tanya orang yang bukan lain adalah Shibusawa Tatsuhiko itu.

“Kau akan lebih paham saat melihatnya.” Dazai mengalihkan padangannya dari kabut-kabut yang menyelimuti Yokohama.

Ia berjalan menuju meja makan di sana. Ia menarik salah satu kursi yang ada dan mendudukan dirinya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 3)

Dazai menghela nafasnya karena lelah. Kabur dari kejaran Ango bukanlah hal yang mudah untuknya.

“Lihat, kau bahkan tidak tahu apa tujuanku yang sebenarnya.” Dazai menyeringai.

“Apa aku menolongmu? Apa aku memanfaatkanmu atau mungkhianatimu?”

“Benar, kau orang yang paling sulit ditebak,” ungkap Shibusawa.

“Sepertinya kau memang butuh penolong,” lirih Dazai.

“Kau pikir siapa yang bisa menolongku?”

“Entah!” pungkas Dazai. “Malaikat? Atau mungkin iblis? Tidak ada yang tahu.”

“Kalau aku tanyakan, tujuan kalian berdua sudah jelas, bukan?” Seseorang masuk melalui pintu utama. Shibusawa berbalik dan Dazai mendongak.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

“Kalian tidak perlu menulis suatu kebohongan dalam naskah drama kalian.”

Shibusawa terkekeh. “Iblis Fyodor,” lirihnya. “Sebagai kolaboratorku, aku ingin kau juga ikut menari.”

“Kolaborator?” kekeh Dazai meremehkan. “Aku rasa dialah yang akan berkhianat padamu.”

“Kau sangat benar, Dazai!” Fyodor pun mendudukan dirinya.

“Selama ini, belum ada yang bisa melampaui ekspektasiku,” ujar Tatsuhiko pada kedua rekannya itu.

Ia pun ikut bergabung dan terduduk di antara Dazai dan Fyodor. “Aku punya permintaan untuk kalian.”

“Astaga, tentu aku sangat khawatir pada para pemilik kemampuan khusus di Yokohama,” ujar Fyodor, sok bersimpati.

“Aku sendiri bahkan tidak tahu, siapa yang akan menang di antara kita bertiga. Mereka akan tetap musnah.”

Dazai merogah sakunya. Ia mengeluarkan sebuah bola kristal kecil dari saku celananya itu. Sebuah Kristal Kenangan.

Baca Juga: Boxing Day Liga Inggris, Arsenal vs Chelsea dan Liecester vs Manchester United

Dazai mengangkatnya ke atas pada sumber cahaya yang ada di ruangan tersebut. Dazai menatapnya sedikit lebih lama. “Apa itu?” tanya Shibusawa.

“Kristal Kenangan,” jawab Dazai tanpa menoleh. Ia masih menatap kristal biru itu.

“Putiku  memberinya padaku. Aku sudah berjanji padanya untuk pulang. Tapi sepertinya itu tidak mungkin, bukan?”

Tatsuhiko terkekeh. “Kau rela membuang orang yang paling kau sayangi?” tanya Shibusawa.

“Lagipula, kemampuan putrimu juga akan menjadi milikku. Kau bisa bertemu dengan putrimu itu di alam berikutnya.”

Dazai terdiam. “Kau benar…”

“Hana, Diana, kalian harus tetap bertahan hidup. Bertahanlah sedikit lagi. Aku akan mempercepat semua konflik ini,” mohon  Dazai dalam hati.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah