GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, kilas balik sepuluh tahun yang lalu dimana Leona bertemu dengan seorang pemuda yang tujuh tahun lebih tua dari dirinya.
Di kala ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya yang menyesakan, di sana ada pemuda tersebut yang membantu Leona untuk meluapkan emosinya. Sosok yang menjadi ispirasi dari novel romasa pertamanya.
Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.
Leona menyembunyikan ekspresinya sambil menunduk. Air mata tiba-tiba jatuh ke pipinya. Leona mengangkat sedikit gaunnya untuk berjalan mendekati William.
Baca Juga: Penting Bagi Pencari Kerja, Inilah Platform yang Membantu Mendapatkan Pekerjaan Impian
William mungkin tidak akan mengerti, setersiksa apa Leona selama sepuluh tahun ia menghilang dari hadapan Leona.
Selama sepuluh tahun itu, Leona hanya berusaha untuk berdiri sendiri dengan harapan yang hampir tidak mungkin. Tidak ada yang bisa mengerti perasaan Leona selama sepuluh tahun itu, membuatnya hanya bisa mencurahkan kesedihannya itu melalui perantara kertas dan pena.
Tangan kanan Leona mengepal. Ia mengangkat tangannya itu dan memukul-mukul dada William dengan tangan tersebut. William terdiam. Ia tahu Leona merasa kecewa padanya.
“Kenapa,” lirih Leona dengan suara yang pecah. “Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau tiba-tiba menghilang setelah kau menenangkanku? Kau baru saja memperbaiki hatiku, tapi kau langsung menghancurkannya lagi. Kenapa kau melakukan semua itu?” pertanyaan Leona membombardir William.
Baca Juga: Allah Melarang Manusia Bersikap Sombong Meski Sebesar Biji Sawi