Mereka yang Kau Tulis (Chapter 17)

- 6 Februari 2021, 08:11 WIB
Ilustrasi menulis
Ilustrasi menulis /PIXABAY.com/StokSnap



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, pria berseragam putih yang ternyata William itu berhasil menyelamatkan Leona.

Meski dalam kondisi tidak memungkinkan untuk bergerak, Leona masih diberi kesempatan untuk membuka matanya.

Dengan banyaknya pertimbangan dari sumpah dan janji yang Leona ucapkan, Alecdora akhirnya memutuskan untuk kembali pada Leona, pada penulisnya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Apa Leona sudah siap?” tanya Leo pada Bibi Erika. Ia dan Leon memasuki ruang rias Leona.

“Tinggal merias wajah dan rambutnya, Tuan,” lapor Bibi Erika.

“Leona?” panggil Leo.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 7)

“Aku di sini!” Leona keluar dengan gaun berwarna ungu terang yang membalutnya.

Kekehan ceria Leona terasa berbeda dan terdengar lebih bahagia di telinga Leo dan Leon.

Itu terkesan seperti gadis polos yang tidak memiliki masalah dunia apapun.

Sudah lama pula keduanya tidak mendengar tawa sebahagia itu dari putri satu-satunya Keluarga Rouen.

“Leona, bersikaplah dewasa sedikit!” Leo mengingatkan.

“Aku sudah dewasa, kok! Buktinya, aku akan menikah sebentar lagi,” kekehan Leona berhasil membuat Leo tersenyum.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 8)

“Baiklah, Nona. Kita harus bersiap sebelum terlambat,” Bibi Erika mengingatkan.

Selagi rambutnya ditata, Leona menatap Leon dan Leo lewat cerminnya.
“Kakanda, Leon, menurut kalian, Ibunda sedang apa sekarang?” tanya Leona.
“Aku yakin Ibunda sedang melihat betapa cantiknya Ayunda sekarang,” goda Leon.

“Leon!” gerutu Leona.

“A-ah! Maaf!”

“Entahlah,” gumam Leo.

Ia berjalan menuju salah satu meja perhiasan yang ada di sana dan membuka sebuah kotak pipih berwarna biru tua dan dilengkapi oleh pita berwarna putih.

Leo membuka kotak tersebut, menampakan hiasan rambut yang ibunya gunakan di hari pertunangannya dengan sang ayah dan hiasan yang Leona kenakan saat pertama kali bertemu William.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 9)

Ia mengambilnya dan berjalan ke belakang Leona. Bibi Erika mundur untuk memberikan tuannya itu ruang.

“Tapi mungkin benar yang dikatakan Leon. Ibunda sedang melihatmu dari alam sana,” ucap Leo.

“Ayunda, apa kau merasa gelisah?” tanya Leon.

Leona langsung menoleh untuk menatap adiknya itu. “Tentu saja! Aku sangat-sangat gelisah! Rasanya aku ingin menangis!”

Leo terkekeh. “Kau tidak boleh menangis atau riasanmu akan luntur,” tuturnya.

“Dan juga, itu adalah bukti kalau Ibunda memang sedang memperhatikanmu.”

Leona kembali menatap pantulan dirinya dalam cermin. “Aku akan menjadi ratu untuk Keluarga Giovanni yang baru,” gumam Ruby.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 10)

“Kau benar,” lirih Leo.

Tubuh Leona tiba-tiba bergetar, menahan tangis. “Tapi aku tidak mau meninggalkan rumah dan keluarga ini,” jujurnya.

Leon menutup mulutnya, sama-sama berusaha untuk tidak menangis. Padahal ia sendiri adalah laki-laki yang cukup kuat selama berada di sekolah militer.

“Itu wajar kalau kau merasa seperti itu,” jawab Leo.

“Tapi, hal yang lebih aku benci lagi adalah,” Leona terdiam. “Saat aku harus berpisah dengan kalian berdua!”

TAP! Leona tiba-tiba merasakan sesuatu membebani kepalanya. Leo baru saja memasangkan hiasan rambut yang sedari tadi ia pegang pada surai benang milik Leona.

Sama seperti Leona, baik itu Leo atau pun Leon akan merasa sangat merindukan Leona.

Leo mungkin menjadi bukti dari pertumbuhan adik-adiknya itu sebagai seorang kakak.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 11)

Ia juga tidak rela melepas adiknya pada pria lain.

“Leona,” lirih Leo setelah selesai memasangkan riasan rambut tersebut.

Ia menurunkan sedikit tubuhnya untuk menyelaraskan tingginya dengan Leona yang sedang terduduk.

Leo mengecup singkat pipi Leona. “Berbahagialah...”

Bersambung...***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x