Sejarah Kabupaten Indramayu, Dedikasi Wiralodra untuk Pendekar Cantik

- 2 Maret 2021, 11:34 WIB
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu /


GALAJABAR - Tanggal 7 Oktober 1527 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Indramayu. Penetapan dilakukan melalui sidang pleno DPRD Kabupaten Indramayu pada tanggal 24 Juni 1977 dan disahkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah tingkat II Indramayu Nomor 02 Tahun 1977 tentang Penetapan Hari Jadi Indramayu.

Seperti dirilis laman resmi Pemkab Indramayu, dalam menentukan hari jadi tersebut tim panitia peneliti sejarah Indramayu berpegang pada sebuah patokan peninggalan jaman dulu dan atas dasar beberapa fakta sejarah yang ada, yaitu prasasti, penulisan-penulisan masa lalu, benda-benda purbakala/benda pusaka, legenda rakyat serta tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Babad Dermayu, penghuni partama daerah Indramayu adalah Raden Aria Wiralodra yang berasal dari Bagelen Jawa Tengah. Ia adalah putra Tumenggung Gagak Singalodra yang gemar melatih diri olah kanuragan, tirakat dan bertapa.

Suatu saat, Raden Wiralodra tapa brata dan semedi di perbukitan melaya di kaki Gunung Sumbing. Setelah melampaui masa tiga tahun, ia mendapat wangsit.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 2 Maret 2021 Elsa Pura – pura Hamil, Aladin On The Way

“Hai wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah tiba di sana berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah di sana. Kelak tempat itu akan menjadi subur makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah di sana”.

Didampingi Ki Tinggil dan berbekal senjata cakra undaksana, berangkatlah mereka ke arah barat untuk mencari Sungai Cimanuk. Suatu senja sampailah mereka di sebuah sungai. Wiralodra mengira sungai itu adalah Cimanuk. Maka bermalamlah di situ.

Ketika pagi hari bangun, mereka melihat ada orangtua yang menegur dan menanyakan tujuan mereka. Wiralodra menjelaskan apa maksud dan tujuan perjalanan mereka. Namun orang tua itu berkata bahwa sungai tersebut bukan Cimanuk. Dikatakannya, cimanuk telah terlewat dan mereka harus balik lagi ke arah timur laut.

Setelah barkata demikian, orang tarsebut lenyap. Orang tua itu menurut riwayat adalah Ki Buyut Sidum, Kidang Penanjung dari Pajajaran. Ki Sidum adalah seorang panakawan Tumenggung Sri Baduga yang hidup antara tahun 1474 – 1513.

Baca Juga: 1 Tahun Covid-19: Murkanya Loyalis Jokowi Saat Jokowi Dibandingkan dengan Anies Baswedan

Halaman:

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x