GALAJABAR - Politikus Belanda, Geert Wilders menyebut permintaan pengakuan atas kekerasan oleh militer Belanda adalah bentuk pemalsuan sejarah.
Geert Wilders bahkan mengatakan bahwa Indonesialah yang seharusnya meminta maaf pada Belanda.
Politikus tersebut bahkan menyebutkan bahwa para tentara Belanda yang bertugas di Indonesia merupakan pahlawan.
Hal tersebut disampaikan Geert Wilders usai pernyataan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga: Ratusan Triliun Dana JHT Digunakan Untuk Surat Utang, Refly Harun: Negara Tidak Boleh Seperti Ini
Pasalnya, Mark Rutte justru meminta maaf kepada Indonesia atas penggunaan kekerasan oleh militer Belanda selama Perang Kemerdekaan 1945-1949.
Melalui akun media sosial Twitter pribadinya, Geert Wilders mempertanyakan permohonan maaf dari Indonesia atas kekerasan indonesia pada Belanda.
"Dimana permintaan maaf dari pihak Indonesia atas kekerasan mereka terhadap Belanda dan Bersiap?" tanya Geert Wilders, dikutip Galajabar dari akun Twitter @geertwilderspvv pada Sabtu, 19 Februari 2022.
Ia mengatakan bahwa Indonesia telah menghukum tentara Belanda dan memalsukan sejarah.
Geert Wilders menegaskan bahwa para tentara Belanda adalah pahlawan dan masyarakat Belanda seharusnya berdiri di belakang mereka.
"Menghukum tentara Belanda adalah memalsukan sejarah. Mereka adalah pahlawan. Kita harus berdiri di belakang veteran kita," katanya.
"Permintaan maaf tidak pantas." tandasnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf pada Kamis, 17 Februari 2022 waktu setempat.
Permintaan maaf tersebut dilakukan ketika ia sedang melakukan konferensi pers di Brussel, Belgia.
Mark Rutte mengatakan bahwa pemerintahnya mengakui seluruh temuan yang dihasilkan sebuah tinjauan sejarah yang sangat penting.
Menurut studi tersebut, Belanda melakukan kekerasan secara sistematik, melampaui batas, dan tidak etis dalam upayanya mengambil kembali kendali atas Indonesia, bekas jajahannya, pasca-Perang Dunia II.
Di sisi lain, Geert Wilders memang dikenal atas tindakan diskriminatif dan ini bukan kali pertama Wilders memicu kontroversi.
Ia pernah menghina bangsa Maroko selama kampanye pada 2014 lalu, dan sempat disidang atas diskriminasi berbasis ras tersebut.***