Selain itu perusahaan telekomunikasi Sudan, MTN, telah memblokir layanan internet atas perintah otoritas telekomunikasi pemerintah.
Perpecahan yang berkelanjutan ini tentunya akan menjerumuskan Sudan ke dalam konflik yang lebih luas, di saat negara tersebut sedang menghadapi kehancuran ekonomi.
Sampai saat ini komite pusat dokter Sudan melaporkan sedikitnya terdapat 56 warga sipil yang tewas, dan 595 orang termasuk sejumlah pertempur yang terluka sejak pertempuran meletus. Sekitar setengah dari jumlah warga sipil yang meninggal tersebut, berasal dari provinsi-provinsi di luar Khartoum, kata komite dokter Sudan.
Respon situasi Sudan saat ini, beberapa pihak yang memiliki pengaruh kuat di dunia seperti Amerika serikat, China, Rusia, Mesir, Arab Saudi, perserikatan bangsa-bangsa (PBB), Uni Eropa, dan Uni Afrika, mengeluarkan desakan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menghentikan permusuhan.
Upaya mengakhiri kekerasan yang terjadi juga dijalankan pada 16 April 2023 oleh negara-negara tetangga serta berbagai badan regional lainnya.
Terdapat sebuah tawaran lain berupa tawaran dari Mesir dan Sudan Selatan untuk menjadi penengah antara pihak yang berkonflik, hal tersebut disampaikan langsung oleh kantor Presiden Mesir.
Korban Terjebak Pertempuran Sudan
Diketahui terdapat beberapa kelompok yang melaporkan terjebak di dekat istana Presiden serta markas besar angkatan militer bersenjata.
Terdapat sekitar 250 siswa dan 25 guru terjebak sepanjang hari pada 15 April 2023 di sebuah sekolah yang berjarak kurang dari satu km dari istana Presiden, mereka semua bermalam tanpa memiliki makanan menurut.
Selain itu terdapat seorang bocah yang tertembak di bagian dadanya setelah ia memasuki halaman sekolah, menurut seorang dokter bocah dapat diselamatkan.