Sementara itu Ridwan Kamil mengatakan untuk merespons disrupsi pandemi COVID-19 dan disrupsi digital 4.0, Kang Emil--sapaan akrab Ridwan Kamil berharap stakeholder hingga dosen perguruan tinggi se-Jabar dapat menyiapkan skema terbaik saat memberikan pembelajaran.
Pasalnya, di masa depan, dosen di perguruan tinggi tak akan menjadi distributor ilmu, melainkan sebagai pemilah ilmu yang akan dipelajari oleh mahasiswanya.
"Adanya revolusi digital dengan ekonomi 4.0, kemudian disrupsi pandemi yang mengubah cara kita hidup, itu harus direspons. Insya Allah, kalau perguruan tinggi pandai beradaptasi, maka mimpi Indonesia negara maju, sebagian besar disumbang dari SDM yang diproduksi oleh perguruan tinggi, khususnya di Jabar," ujar Kang Emil.
Baca Juga: Ini Makna Asmaul Husna: Al Mudzil, As Sami, dan Al Bashir, Semoga Allah Memenuhi Hajat Kita
Hal ini menjadi tantangan berat bagi Provinsi Jabar karena jumlah penduduknya terbesar se-Indonesia. Namun keuntungannya berbanding lurus dengan jumlah universitas dan perguruan tinggi yang mencapai 450.
"Jadi provinsi dengan penduduk terbesar ini jumlah perguruan tingginya juga terbanyak, ada 450. Kita sedang persiapan menuju negara maju karena di G-20 saja kita peringkat 16," sebut Kang Emil dalam siaran persnya, Kamis 10 Februaru 2022.
Baca Juga: Ini Makna Asmaul Husna: Al Mudzil, As Sami, dan Al Bashir, Semoga Allah Memenuhi Hajat Kita
Demi mengejar mimpi Indonesia menjadi negara maju di 2045, Provinsi Jabar adalah poros utama dalam menunjang dunia pendidikan mencapai peringkat empat di G-20 untuk 20 tahun mendatang. Hal itu dapat terwujud asalkan para stakeholder dan dosen siap merespons adaptasi kebiasaan baru pascapandemi COVID-19.
"Insya Allah bisa masuk peringkat empat dalam 20 tahun ke depan. Itu hanya bisa terjadi kalau perguruan tinggi di Jabar merespons perubahan-perubahan zaman. Yang sekarang sudah datang, yaitu disrupsi pemanasan global dengan konsekuensi energi hijau dan ekonomi hijau," pungkas Kang Emil. ***