Peringatan Maulid Nabi: Ini 4 Kitab Paling Populer Mulai dari Barzanji Hingga Maulid Burdah

- 17 Oktober 2020, 11:00 WIB
Kitab suci Al Quran. */Pixabay
Kitab suci Al Quran. */Pixabay /


GALAJABAR - Pada 12 Rabiul Awal, sebagian besar umat muslim Indonesia memperingatinya sebagai Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia, hal ini bahkan telah menjadi tradisi. Salah satunya yaitu dengan membaca Kitab Maulid dan shalawat.

Di Indonesia, sejumlah kitab Maulid dan bacaan shalawat seolah telah menjadi bacaan wajib.

Bacaan kitab Maulid umumnya berisi kisah kelahiran Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Budi pekerti , gambaran fisik, perkembangan masa kenabian, hingga bagaimana Nabi berhubungan dengan kerabat sekitar dikupas habis.

Baca Juga: Dikelilingi Cewek Cantik, Hotman Paris Sebut Ada 10 Pasal UU Cipta Kerja yang Bisa Jerat Pengusaha

Seperti dalam tulisan galamedia berjudul, 4 Kitab Maulid Nabi Muhammad Paling Populer di Indonesia, Mulai dari Barzanji Hingga Maulid Burdah, biasanya, kitab-kitab tersebut dilengkapi dengan kasidah yang bermuatan sanjungan, shalawat, dan tawasul.

Berikut ulasan kitab maulid yang paling populer di Indonesia;

Maulid Barzanji
Barzanji diambil dari nama yang penyusunnya, beliau Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al Barzanji. Maulid ini sudah sangat populer di kalangan umat Muslim di Indonesia dan telah dibaca sejak dulu.

Kitab maulid ini tampaknya yang paling awal dikenal umat Islam di Nusantara. Ini terlihat dari akrabnya masyarakat muslim terhadap Maulid al-Barzanji.

Baca Juga: Ridwan Kamil Donasikan Desain Masjid Seribu Bulan Sabit Untuk Warga Banyumas

Syaikh Al Barzanji berasal dari Barjanza, sebuah kota di Kurdistan, Irak. Beliau adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad dari keluarga Sadah Al Barzanji yang termasyhur. Syaikh Al Barzanji Lahir di Madinah tahun 1126 H (1714 M).

Maulid Simthud Duror
Maulid simtudduror atau biasa dikenal dengan sebutan maulid habsyi yang mengacu pada nama pengarangnya yaitu Al Imam Al Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi. Maulid ini diperkenalkan ke Tanah Air oleh Habib Ali Kwitang Jakarta.

Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi adalah kakek dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi Solo.

Baca Juga: Keren, Siswi SMK Gugat Undang-undang Cipta Kerja ke Mahkamah Konstitusi

Ketika menyusun Simthud Durar, usia Habib Ali saat itu 68 tahun. Menurut catatan sejarah, maulid ini dibacakan pertama kali di rumah beliau kemudian di rumah muridnya Habib Umar bin Hamid.

Sebelum menyusun dan memopulerkan maulid karyanya, Habib Ali selalu membaca Maulid Al-Hafidz ad-Diba’i (Maulid ad-Diba’i).

Maulid Diba’
Kkitab ini sering dicetak dan dibukukan bersamaan dengan dua kitab maulid di atas, Syaroful Anam dan Al-Barjanzi.

Baca Juga: Mantap, Harga Emas Hari Ini di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya Naik

Pengarangnya adalah seorang ‘alim asal Zabid, Yaman, Imam Wajihuddin Abdu Ar-Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibai (866H-944H).

Imam Wajihuddin Abdu Ar-Rahman juga dikenal sebagai ahli hadits, bahkan mencapai derajat Al-Hafiz, yaitu hafal 100.000 hadits dengan sanadnya.

Sudah puluhan tahun maulid diba ini dibaca di setiap acara acara peringatan maulid Nabi dan acara acara lainnya di nusantara. Maka tak heran jika masyarakat sudah tak asing lagi dengan bacaan maulid diba ini karena memang maulid ini lebih dulu dikenal di tanah air sebelum masuknya maulid simtudduror yang kini juga mulai sering dibaca.

Baca Juga: Kota Bandung Catatkan Kasus Penyalahgunaan Narkoba Terbanyak di Jabar

Maulid Burdah
Maulid Burdah, atas dikenal dengan Qasidah Burdah dikarang oleh Imam Al-Bushiri (610-695H) dan terdiri dari 160 bait syair.

Latar belakang pengkarangan kitab ini adalah rasa empati beliau terhadap kemerosotan ahlak manusia pada masa itu, yaitu pada masa dinasti Ayyubiah. Beliau mengajak manusia untuk mengikuti ahlak Rasulullah Saw dengan mengarang Qasidah ini.

Maulid burdah biasanya dibaca bersama sama atau dibaca bergantian oleh yang hadir. Maulid ini terbilang cukup tua dan sudah banyak dikenal oleh masyarakat Nusantara.

Baca Juga: Bupati Bogor Tetapkan 11 Kategori Penerima Vaksin Covid-19, Berikut Penjelasannya

Kasidah ini lebih cenderung mengarah pada pujian, sanjungan, dan tawasul kepada Nabi Muhammad Saw, dan tidak mengisahkan perjalanan hidup Nabi. Sehingga tidak tergolong sebagai kitab maulid. Tetapi pembacaanya juga sering mengiringi pembacaan maulid. (Penulis: Hj. Siti Eli Wasliah)**

Editor: Brilliant Awal

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x