Pengamat Politik, Rocky Gerung: Hargai Ali Mochtar Ngabalin

15 Oktober 2020, 14:08 WIB
Filsuf Rocky Gerung menanggapi pemahaman para menteri terkait aturan UU Cipta Kerja Omnibus Law. /Instagram Rocky.gerung

GALAJABAR - Pengamat politik ini yang juga salah seorang deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Rocky Gerung, menyatakan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin, enggak pernah belajar sejarah karena telah menyebut pendemo yang menentang Undang-Undang (UU) Cipta Kerja itu sebagai sampah demokrasi.

“Saya suka kagum pada kemampuan Ngabalin untuk menghina otaknya sendiri,” kata Rocky di saluran Youtubenya, Rabu, 14 Oktober 2020.

Menurut Rocky, seperti dikutip galajabar dari galamedianews, Ngabalin layaknya orang yang tak mengerti sejarah. Soalnya jika dia belajar akan sejarah, dia tak akan berkata-kata demikian kepada publik.

Baca Juga: Waspada! Fenomena La Nina di Australia Meningkatkan Serangan Hiu

Menurut Rocky, munculnya demokrasi pertama kali pada 1789 di bulan Juli. Ketika itu, rakyat Prancis memutuskan untuk memenggal Raja Louis ke-14.

Itulah kemudian awal lahirnya, demokrasi adalah milik orang-orang yang berada di luar Istana.

“Bahwa kepala raja tak sakral, makanya dikenal liberte, lalu persaudaraan, dan kesetaraan. Nah, Ngabalin enggak pernah belajar sejarah,” ungkap Rocky.

Baca Juga: Resmi, BLT BPJS Ketenagakerjaan Termin 2 Cair Akhir Oktober

Menurutnya, apa yang diungkapkan Ngabalin terhadap para pendemo sebagai sampah demokrasi adalah bentuk penghinaan. Sebab, para pendemo yang turun ke jalan tengah berjuang menuntut keadilan.

Dan, di mata undang-undang itu sah. Apalagi, saat ini rakyat marah karena pemerintah yang dipilihnya justru seolah bersekongkol dengan DPR untuk membatalkan harapan hidup mereka melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja.

“Nah, ini dari dalam pagar, seorang di dalam pagar malah menghina jutaan orang, apa enggak dungu? Enggak ada yang mau timpukin Ngabalin, karena dia sudah dungu,” kata Rocky.

Baca Juga: Gawat, Hipertensi Memperparah Pasien Covid-19, Inilah Pencegahannya

Menurut mantan dosen UI itu, Ngabalin adalah badut sehingga cocok untuk ditertawakan.

“Dia enggak usah diomelin, dia diketawain saja. Cara terhormat menghargai badut adalah menertawakannya,” kata Rocky.

Belum lama ini, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menyebut pendemo yang menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19 sebagai sampah demokrasi.

Menurut pria kelahiran Fakfak, 51 tahun yang lalu ini, pendemo sampah demokrasi, dari balik pagar Istana, sambil memantau aksi unjuk rasa, Selasa, 13 Oktober 2020.

Baca Juga: Update, Ucapan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Agar Tak Sama dengan Tahun Lalu

“Dalam masa pandemi, dia kirim orang untuk berdemonstrasi. Di mana logikanya coba. Jangan jadi sampah demokrasi di negeri ini,” kata Ngabalin. (Penulis: Dicky Aditya)***

Editor: Noval Anwari Faiz

Tags

Terkini

Terpopuler