7 Fakta Menarik Suku Tengger yang Tidak Terpengaruh Modernisasi Zaman

- 10 April 2021, 20:49 WIB
Warga Suku Tengger.
Warga Suku Tengger. /dok. Portal Surabaya/
GALAJABAR - Indonesia itu kaya akan keragaman seperti suku dan budaya yang tersebar di seluruh daerah di nusantara ini.

Setiap daerah di Indonesia memiliki suku dan budaya dengan keunikannya masing-masing, salah satunya adalah suku Tengger.

Suku Tengger merupakan orang-orang yang sejak dulu tinggal di wilayah Gunung Bromo dan tidak terpengaruh dengan modernisasi zaman.

Menarik memang, ketika hampir semua masyarakat Indonesia lekang dengan perubahan zaman, suku Tengger masih tetap setia dengan berbagai adat istiadatnya.
 
Baca Juga: Perekaman e-KTP Batal Dilaksanakan, Kepala Desa dan Warga Kecewa

Sejak dulu hingga sekarang, suku Tengger tetap menggunakan aturan adatnya untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Selain itu suku Tengger juga memiliki berbagai kebudayaan yang salah satunya dikenal dengan nama Upacara Yadnya Kasada.

Upacara ini dilakukan setiap tahun yang diselenggarakan di sebuah pura di bawah kaki Gunung Bromo.

Berikut Fakta Menarik dari suku Tengger yang Galamedia rangkum dari berbagai sumber:
 
Baca Juga: Alissa Wahid Dibuat Bingung di Bandara Yogyakarta: Dulu Pernah Nyaris Jatuh Pingsan

1. Nama Tengger berasal dari tokoh legendaris Roro Anteng dan Joko Seger.

Masyarakat suku Tengger mempercayai bahwa suku tersebut merupakan keturunan dari tokoh legendaris Roro Anteng dan Joko Seger.

Sehingga nama 'Tengger' itu diambil dari tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhurnya tersebut.

Kata 'Teng' diambil dari akhiran nama Roro Anteng dan 'Ger' dari akhiran nama Joko Seger.
 
Baca Juga: 5 Pertandingan Terakhir Persebaya vs Persib, Laga Sarat Gengsi dari Harmonisasi Suporternya

2. Suku Tengger tidak terpengaruh modernisasi zaman.

Suku Tengger tidak terpengaruh modernisasi zaman, mereka hidup dengan aturan adat tradisinya sendiri.

Padahal jika dilihat, tempat tinggalnya itu sangat mudah dijangkau para wisatawan, baik dari dalam dan luar negeri.

Namun selama berabad-abad, suku Tengger tetap mampu mempertahankan karakteristiknya. Sehingga adat dan budaya masih tetap lestari sampai saat ini.
 
Baca Juga: Pemerintah Lagi-lagi Impor Bahan Pangan, Politisi PKS: Ada Hal Lain yang Lebih Penting

3. Suku Tengger menggunakan bahasa jawi kuno.

Bahasa sehari-hari suku Tengger yaitu bahasa jawi kuno yang diyakini sebagai dialek pada masa Kerajaan Majapahit.

Pada masa Kerajaan Majapahit, bahasa tersebut digunakan sebagai mantra yang ditulis dengan huruf jawi kawi.

Ada anggapan bahwa bahasa suku Tengger merupakan turunan dari bahasa kawi dan banyak mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam bahasa Jawa modern.
 
Baca Juga: Pesantren Assuruur dan Lion Indonesia Jalin Kerja Sama Tingkatkan Skill Para Guru dan Siswa

4. Sarung dipercaya untuk mengendalikan perilaku dan ucapan

Bagi suku Tengger, sarung memiliki makna tersendiri, yang dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat.

Penggunaan sarung itu tidak hanya untuk laki-laki saja, tapi berlaku untuk semua kalangan termasuk perempuan.

5. Upacara keagamaan Yadnya Kasada.

Yadnya Kasada merupakan upacara keagamaan yang dilakukan masyarakat suku Tengger, bentuknya berupa pengiriman kurban kepada leluhurnya yang ada di Kawah Gunung Bromo.
 
Baca Juga: Sekda Jabar: PP Nomor 43 Tahun 2021 Bisa Atasi Masalah Tata Ruang

Upacara Yadnya Kasada ini dilakukan pada malam hari hingga matahari terbit.

Adanya upacara ini juga menjadikan suatu ikon budaya di Gunung Bromo yang menarik wisatawan untuk berkunjung.

6. Hari besar suku Tengger

Hari raya terbesar suku Tengger sering disebut dengan Karo.

Karo adalah hari raya terbesar yang paling dinanti-nanti oleh suku Tengger. Karo biasanya diselenggarakan setelah hari raya nyepi.

Acara ini meliputi pawai hasil bumi, kesenian adat seperti pagelaran Tari Sodoran. Kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga dan sanak saudara.
 
Baca Juga: Tahrib Ramadan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil: Muliakan dan Bahagiakan Orang Tua

7. Pemimpin doa disebut Ratu.

Suku Tengger ketika melangsungkan ritual Karo selalu dipimpin oleh seorang ratu.

Ratu disini mempunyai arti seorang pemimpin yang selalu memimpin doa. Uniknya lagi, ratu disini adalah seorang laki-laki.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x