Baca Juga: Ngeri! Moeldoko Cs Tantang Debat ke SBY, Politisi Demokrat AHY Cs: Hanya Habiskan Energi
“Begini, mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia itu kadang saya merasa (hanya sebagai) formalitas, tapi bukan berarti dihilangkan, itu satu soal dulu,” ujar Refly.
Refly pun menceritakan bahwa saat ia bersekolah dan kuliah, ia tidak mendapat pelajaran Bahasa Indonesia yang baik.
Refly lalu menjelaskan keterkaitan Bahasa Indonesia dengan bahasa asing seperti Inggris dan Arab dan mengatakan bahwa kita memerlukan Bahasa Indonesia setiap waktunya.
“Kita membutuhkan Bahasa Indonesia most of the time (setiap waktu),” tandasnya.
Oleh karena itu, menurut Refly justru pendidikan Bahasa Indonesia justru perlu diperkuat.
Baca Juga: 10 Fakta Menarik Lisa, Pustakawan Menawan di Genshin Impact
“Jadi menurut saya, pembelajaran Bahasa Indonesia di perguruan tinggi justru harus diperkuat, tidak boleh sekedar formalitas, tetapi harus bisa memberikan anak didik sebuah keterampilan membaca, menulis, dan bertutur yang baik dalam Bahasa Indonesia,” ucap beliau.
Refly kemudian memaparkan lagi bahwa saat di perguruan tinggi ia mendapatkan pendidikan Pancsila yang bersifat indoktrinasi.
“Nah bagaimana dengan Pancasila? Sekali lagi ketika saya di perguruan tinggi Pancasila yang diajarkan adalah Pancasila di era orde baru, butir - butir Pancasila di perguruan tinggi, kemudian penataran Pancasila semuanya bersifat indoktrinasi,” kata dia.