Mbah Mijan Bicara Perubahan Zaman Hadapi Wabah: Dulu Masyarakat Saling Menguatkan Bukan Menebar Ketakutan

- 15 Juli 2021, 22:04 WIB
Mbah Mijan.
Mbah Mijan. /Instagram.com/@mbahmijan

GALAJABAR- Hampir semua negara-negara di dunia, sejak awal tahun lalu mengalami krisis memprihatinkan karena adanya wabah Covid-19.

Indonesia sejak awal Maret tahun lalu hingga saat ini menjadi salah satu negara yang cukup sibuk mengatasi wabah Covid-19 ini.

Kondisi di tanah air, hingga saat ini terbilang sangat mengkhawatirkan, hal itu lantaran dalam kasus harian orang yang positif Covid-19 di Indonesia untuk sementara menjadi yang tertinggi di dunia.

Baca Juga: Melanggar PPKM Darurat, Tiga Pedagang Makanan di Majalaya Dijatuhi Sanksi

Alih-alih berharap kondisi negara kembali normal, justru saat ini Indonesia sangat memprihatinkan karena wabah Covid-19 seolah tak akan pernah berakhir.

Pandemi dari wabah Covid-19 yang tak kunjung berakhir ini pun membuat paranormal Mbah Mijan akhirnya buka suara.

Melalui akun Twitter pribadinya, Mbah Mijan mengatakan bahwa pandemi atau wabah seperti ini bukan kali pertama terjadi di dunia termasuk Indonesia.

Baca Juga: Menikahi Pria yang Lebih Muda, Rumah Tangga 11 Artis Ini Tetap Harmonis: Bukti Bahagia Tak Kenal Usia

Menurut Mbah Mijan sejak zaman dulu wabah-wabah selalu muncul bergantian dan berakhir sirna karena dimakan imun keberanian.

"Pandemi/wabah/pagebluk bukan kali ini saja terjadi, epidemi sudah ada sejak jaman dulu kala. Akhirnya sirna dimakan imun keberanian," ujarnya, dikutip galajabar, Kamis 15 Juli 2021.

Menurut Mbah Mijan, orang-orang zaman dulu mempunyai kalimat khas ketika menghadapi pandemi yaitu 'Esuk Loro Sore Mati' yang memiliki arti 'Pagi Sakit Sore Mati'.

Baca Juga: PPKM Darurat di Kota Cimahi Belum Mampu Menekan Angka Kasus Covid-19

Kalimat khas tersebut selalu digunakan orang-orang zaman dulu sebagai gambaran dari dampak kengerian sebuah pandemi atau yang biasa disebut pagebluk.

"Esuk Loro Sore Mati adalah kalimat khas Pagebluk yang artinya, Pagi Sakit Sore Mati, sebagai gambaran dampak kengerian sebuah pagebluk," katanya.

Selain itu, Mbah Mijan tampak membandingkan orang-orang era sekarang dengan zaman dulu ketika menghadapi sebuah wabah atau pagebluk.

Baca Juga: Sebut PPKM Darurat Tak Enak, Dokter Tompi Minta Semua Pihak Merenung untuk Atasi Pandemi Covid-19

Mbah Mijan mengatakan bahwa pada zaman dulu, ketika sebuah wabah melanda, masyarakat selalu bergotong royong dan bahu membahu untuk saling menguatkan.

Berbeda dengan zaman sekarang yang ketika muncul wabah Covid-19, masyarakat justru malah saling menebar ketakutan.

"Dulu, ketika pagebluk melanda, masyarakat gotong-royong, bahu membahu saling menguatkan bukan menebar ketakutan," terangnya.

Baca Juga: Warga Kabupaten Bandung Antusias untuk Divaksinasi, Kang DS: Minta Pusat Segera Distribusikan Vaksin

Tak sampai disitu, seiring perubahan zaman, saat ini dikatakan Mbah Mijan kata 'Kompak' merupakan hal yang paling mudah diucapkan.

Akan tetapi menurutnya selain mudah diucapkan, kata 'Kompak' juga sangat sulit diwujudkan oleh orang-orang zaman sekarang.

"Zaman berganti, sepertinya "Kompak" adalah kata yang mudah diucapkan tapi sulit diwujudkan. Jagalah kesehatan Guys, The End," pungkasnya.

Baca Juga: Banjir Menerjang Jerman, 30 Orang Termasuk 2 Petugas Damkar Hilang

Seperti diketahui, saat wabah Covid-19 melanda tanah air, terdapat pihak-pihak yang justru menebar ketakutan kepada masyarakat yang lainnya.
 
Hal itu menandakan adanya perbedaan yang sangat jomplang antara orang-orang zaman sekarang dengan para pendahulunya ketika menghadapi sebuah wabah.***

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah