Demikianlah, Allah memanggil Ibu Siti Indasah, dan Ibu Penjual Pecel ini pun berangkat ke Mekah tahun ini sebagai salah seorang jamah haji Indonesia.
Ibadah Haji memang mempersyaratkan ‘istitha’ah’ (kemampuan). Kemampuan ini mencakup fisik dan biaya. Berbeda dengan shalat, walau di dalamnya mencakup tiga belas rukun, namun pelaksanaannya nyaris tidak memerlukan biaya.Baca Juga: Lalu Lintas di Arab Saudi Cukup Ramai, Jemaah Diimbau Hati-hati saat Menyebrang, Bisa Membahayakan Keselamatan
Sementara, ibadah haji, walau hanya berisi lima rukun, tapi ia harus dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Bagi jamaah haji dari Indonesia, berangkat ke Mekah tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi bagi orang yang ekonominya pas-pasan.
Akan tetapi, mampu secara ekonomis bukanlah syarat substantif bagi seseorang untuk berangkat haji. Melaksanakan ibadah haji tidak memerlukan biaya.
Ibadah haji itu "gratis" alias tidak berbayar. Allah tidak pernah menarik karcis bagi siapa saja hamba-Nya yang bertamu ke Rumah-Nya. Cuma masalahnya adalah pesawat yang kita gunakan menuju tempat beribadah haji itu bukan pesawat milik pribadi.
Hotel juga bukan milik kita. Makanan yang kita makan bukanlah hidangan yang dimasak oleh tangan kita sendiri. Hal-hal itu serta berbagai sarana penunjang lainlah yang membuat kita harus mengeluarkan ongkos.
Sekalipun demikian, kisah Ibu Siti Indasah di atas menyadarkan kepada kita bahwa haji bukanlah semata untuk orang-orang kaya. Kaki kita tidak akan melangkah ke mana pun jika kita tidak memiliki niat untuk menggerakkannya.
Begitu juga dengan haji. Tak setiap orang kaya berangkat berhaji. Juga, tak setiap orang miskin tidak bisa memenuhi panggilan-Nya. Kerinduan kepada Allah akan membulatkan niat seseorang.
Niat inilah yang pada akhirnya menggerakkan seorang Ibu Siti menyisihkan uang sepuluh ribu setiap hari dari hasil menjual nasi pecel yang sebetulnya hanya bisa untuk menutup kebutuhan hidup hariannya.
Sampai di sini, marilah kita memaknai kata mampu dengan cara sedikit berbeda. Dikisahkan, ada seorang ibu yang setiap minggu mengantarkan bekal makanan ke lokasi asrama sebuah madrasah tempat anaknya sekolah.