Dan, di mata undang-undang itu sah. Apalagi, saat ini rakyat marah karena pemerintah yang dipilihnya justru seolah bersekongkol dengan DPR untuk membatalkan harapan hidup mereka melalui UU Omnibus Law Cipta Kerja.
“Nah, ini dari dalam pagar, seorang di dalam pagar malah menghina jutaan orang, apa enggak dungu? Enggak ada yang mau timpukin Ngabalin, karena dia sudah dungu,” kata Rocky.
Baca Juga: Gawat, Hipertensi Memperparah Pasien Covid-19, Inilah Pencegahannya
Menurut mantan dosen UI itu, Ngabalin adalah badut sehingga cocok untuk ditertawakan.
“Dia enggak usah diomelin, dia diketawain saja. Cara terhormat menghargai badut adalah menertawakannya,” kata Rocky.
Belum lama ini, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menyebut pendemo yang menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja di tengah pandemi Covid-19 sebagai sampah demokrasi.
Menurut pria kelahiran Fakfak, 51 tahun yang lalu ini, pendemo sampah demokrasi, dari balik pagar Istana, sambil memantau aksi unjuk rasa, Selasa, 13 Oktober 2020.
Baca Juga: Update, Ucapan Perayaan Maulid Nabi Muhammad Agar Tak Sama dengan Tahun Lalu
“Dalam masa pandemi, dia kirim orang untuk berdemonstrasi. Di mana logikanya coba. Jangan jadi sampah demokrasi di negeri ini,” kata Ngabalin. (Penulis: Dicky Aditya)***