BPPTKG: Aktivitas Gunung Merapi Dapat Berlanjut ke Erupsi

- 5 November 2020, 21:47 WIB
MERAPI SIAGA, Sri Sultan Hamengku Buwono X Imbau Warga Tidak Panik
MERAPI SIAGA, Sri Sultan Hamengku Buwono X Imbau Warga Tidak Panik /ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho

GALAJABAR - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari level II (waspada) menjadi level III (siaga).

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi siaga karena berdasarkan hasil pemantauan disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik saat ini dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan warga.


"Status Gunung Merapi ditingkatkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III) berlaku mulai tanggal 5 November 2020, pukul 12.00 WIB," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis 5 November 2020.

Baca Juga: Sidang Vanessa Angel Sempat Diskor Gegara Terjadi Keributan

Berdasarkan hasil pemantauan aktivitas vulkanik, kata dia, kegempaan internal (VA), gempa vulkanik dangkal (VB), dan gempa fase banyak (MP) mulai meningkat setelah letusan eksplosif pada 21 Juni 2020.

Sebagai perbandingan, pada Mei 2020 gempa VA dan VB tidak terjadi dan gempa MP terjadi 174 kali. Pada Juli 2020 terjadi gempa VA enam kali, gempa VB 33 kali, dan MP 339 kali.

Selain itu, terjadi pemendekan jarak baseline EDM (Electronic Distance Measurement) sektor barat laut Babadan-RB1 sebesar empat centimeter sesaat setelah terjadi letusan eksplosif pada 21 Juni 2020.

Baca Juga: Polisi Gagalkan Rencana Peredaran Narkoba di Kota Bandung

"Setelah itu pemendekan jarak terus berlangsung dengan laju sekitar tiga milimeter per hari sampai September 2020," kata dia dikutip galajabar dari Antara.

Sejak Oktober 2020, kata dia, kegempaan Gunung Merapi meningkat semakin intensif. Pada 4 November 2020 rata-rata gempa VB 29 kali per hari, MP 272 kali, gempa guguran (RF) 57 kali, embusan (DG) 64 kali.

Laju pemendekan EDM Babadan mencapai 11 cm per hari. Energi kumulatif gempa (VT dan MP) dalam setahun sebesar 58 GJ.

Baca Juga: Kendaraan Tertimpa Pohon Tumbang, DPKP3 Kota Bandung Siapkan Asuransi

Menurut Hanik, kondisi data pemantauan tersebut telah melampaui kondisi menjelang munculnya kubah lava 26 April 2006, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi sebelum erupsi 2010.

Berdasarkan pengamatan morfologi kawah Merapi dengan metoda foto udara (drone) pada 3 November 2020 belum terlihat kubah lava baru.

Sampai saat ini, kata dia, kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan terjadi proses ekstrusi magma secara cepat atau letusan eksplosif.

Baca Juga: Apindo Tak Hadiri Pembahasan UMK Bandung Barat, Serikat Pekerja Sebut Arogan

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontaran material dan awan panas sejauh maksimal lima kilometer," kata dia.

Pascaerupsi besar pada 2010, Gunung Merapi mengalami erupsi magmatis kembali pada 11 Agustus 2018 yang berlangsung sampai dengan September 2019.

Seiring dengan berhentinya ekstrusi magma, Gunung Merapi kembali memasuki fase intrusi magma baru yang ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan rangkaian letusan eksplosif sampai dengan 21 Juni 2020.

"Aktivitas vulkanik terus meningkat hingga saat ini," kata Hanik.

Editor: Dicky Mawardi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah