Dead Apple: Without Me (Chapter 6)

- 26 Desember 2020, 07:43 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan setelah kabur dari kejara Sakaguchi Ango, Dazai Osamu kabut ke menara pusat Yokohama yang menjadi markas besar Shibusawa.

Seorang teroris yang menjadi penyebab dari tuduhan Dazai telah mengungkapkan maksud dari rencananya untuk memporak-porandakan Yokohama.

Bersama seorang pria lian yang dikenal sebagai Iblis Fyodor, ketiganya akan melakukan pembuhan massal bagi para pengguna kemampuan khusus.

Lanjutkan kisah selanjutnya mangga karya Sadrina Suhendra.

Baca Juga: Leicester vs Man United, Jamie Vardy Dipastikan Tampil dan Bertekad Ubah Rekor Buruk Boxing Day

You know I’m the one who put you up there
Name in the sky
Does it ever get lonely?

Yokohama tiba-tiba ditutupi oleh kabut misterius, seperti yang Hana ketahui dari bosnya.

Kabut tersebut membisikan kata-kata yang tidak begitu jelas, cukup untuk membuat Hana merasa pusing. Hana berdecak kesal.

Ia ingin segera keluar dari kabut tersebut.

“Kabut ini memutus sambungan kita dengan kota luar. Kita menemukannya. Dia berada di menara terbengkalai bernama Mukurotoride di pusat kota.”

Hana dapat mendengar suara Ango dari telpon bluetooth yang tersambung pada earpodsnya.

Baca Juga: Login di dtks.kemensos, Begini Cara untuk Mengetahui Penerima Bansos Tunai Rp300 Ribu

“Maksudmu Dazai ada di sana dengan Shibusawa?”

“Benar dan aku mohon padamu, Hana.Tolong tegaskan pada dirimu sendiri bahwa Dazai adalah salah satu dalang dari konflik ini.”

“Argh, kau menyebalkan, Ango!” gerutu Hana, lelah dengan perkataan Ango yang terus menuduh suaminya.

Semua sama seperti tujuh tahun lalu. Kendaraan saling bertabrakan di sana-sini.

Bedanya, tujuh tahun lalu sampai dilengkapi dengan mayat-mayat yang tergeletak di jalanan.

Sekarang, semua manusia tanpa kemampuan khusus menghilang entah kemana.

Dalam kabut, Hana berusaha untuk bertahan dari bayangan merah yang memiliki kemampuan khusus yang sama dengan Hana.

Baca Juga: Tissa Biani dan Dul Jaelani Ingin Menikah Muda, Maia Estianty Beri Lampu Hijau

Hana tidak bisa menggunakan kemampuan khususnya itu.

Ia hanya membawa sebuah katana dan revolver dengan peluru yang sangat terbatas.

Keheningan mendominasi. Hanya suara senjata yang saling terbentur dan bisikan kabut yang bisa terdengar.

Hana bisa merasakan hawa membunuh yangs angat kuat di sekitarnya, membuatnya semakin tidak tahan.

“Ango, apa yang harus kita lakukan?!” tanya Hana dengan kesal.

“Aku menemukan lokasinya. A5158.”

“Apa-apaan dengan kode itu?! Gah!” umpat Hana di tengah pertarungan melawan bayangannya sendiri.

Baca Juga: Ayah Tiri Jadi Otak Penganiayaan : Remaja Asal Gununghalu Mengalami Luka Parah

“Dia masih harus membayar hutangnya.”

“Bodoh, jangan buat aku banyak berpikir di situasi runyam seperti ini!”

kesal Hana yang sedikit berteriak, membuat telinga Ango sedikit kesakitan.

“Tapi jika dia bisa menolong kita, aku tidak keberatan. Cepatlah!”

Ia tidak habis pikir. Kini semua orang percaya bahwa Dazai memang berkhianat. Tetap saja, Hana tidak mau mempercayai itu.

Keringat meluncur dari pelipis Hana. Pertarungan melawan diri sendiri bukanlah hal yang mudah.

Itu hal yang terlampau sulit. Apalagi semua orang tahu bahwa seorang Oda Hana adalah anggota paling bringas di Port Mafia.

Itu juga yang menjadi salah satu alasan kenapa Mori mengangkatnya menjadi eksekutif pengganti Dazai.

Baca Juga: Tips Memilih Kuteks Sesuai Warna Kulit, Antigagal dan Bikin Kamu Tambah Cantik dan Seksi

Hawa mencekam disekitarnya terasa sama seperti hawa yang ia rasakan tujuh tahun lalu.

Saat kedua sahabatnya, Kaori dan Otonashi terbunuh oleh Shibusawa.

Apa yang terjadi tujuh tahun lalu? Siapa yang membunuh mereka? Apa Hana sendiri yang membunuh kedua sahabatnya.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah