Network
GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, untuk kedua kalinya, Leona mengingkari janjinya. Leona pun menyadari kalau apa yang ia lakukan telah menyimpang dari larangan kakaknya. Ia sangat ingin bertanggung jawab atas amukan Alecdora.
Leona menceritakan semua tentang lelaki yang pernah singgah di hatinya sebelum Alecdora benar-benar mengamuk dan lepas kendali.
Ikuti ceriya bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.
Aparat tersebut berbalik untuk menatap Leona. “Kau,” gumamnya, berusaha mengingat siapa wanita di hadapannya itu. “Kau putri Ariel Rouen, Leona Rouen, bukan?” tanya aparat tersebut.
“Inspektur… Haruka,” lirih Leona yang tahu siapa aparat tersebut.
“Aku memang mengakui kemampuan menulis ibumu, tapi kau berbeda dengannya. Apa yang penulis rendahan sepertimu lakukan di sini?!” tanyanya dengan tegas dan kejam. Leona hanya terdiam. “Jangan-jangan, kau yang bertanggung jawab akan apa yang hantu dan badai tak berujung ini lakukan pada kota kita?!”
Baca Juga: 8 Manfaat Minuman Jahe bagi Kesehatan Tubuh Saat Musim Hujan
Leona hanya terdiam. Ia memalingkan pandangannya. “Beri aku waktu sedikit lagi. Aku hanya ingin menolong Alecdora,” lirih Leona.
“Alecdora? Nama monster itu?” tanya Inspektur Haruka.
Tiba-tiba saja, tanah dan air kembali bergemuruh, menampakan naga hijau yang kali ini keluar bersama Alecdora. Alecdora menatap Leona dengan tatapan penuh kebencian. Sepertinya, Alecdora sudah ada pada titik klimaks dari kekecewaannya.
Sesekali juga Alecdora menggerutu geram dan menciptakan raungan bagi sosok naganya itu. “Aku hanya ingin melihatnya!” gerutu Alecdora yang kini bersuara.
“Aku tidak ingin seseorang menganggu hubunganku dan Tuan Putri! Bahkan ayahku sendiri, kenapa kau berbuat sejauh itu untuk memisahkan kita?!” teriak Alecdora dengan kesal pada Leona sebagai penulisnya.
