Mereka yang Kau Tulis (Chapter 11)

- 31 Januari 2021, 09:03 WIB
Ilustrasi menulis.
Ilustrasi menulis. /StockSnap/pixabay.com/stocksnap


GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Leon yang sempat dimintai bantuan oleh Leona pun menyadari sesuatu.

Ia kira, Danau Keputusasaan milik kakaknya itu akan menjadi versi bahagia dari novel Telaga Penyesalan milik ibunya.

Nyatanya justru terbalik. Leona menulis Danau Keputusasaan sebagai versi tragis dari novel romasan pertamanya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Leona menatap keluar jendela. Ia berpikir apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan badai angin tersebut, mengingat karena karakter yang ia tulislah semua itu bisa terjadi.

Sudah berjam-jam sejak ia meminta Leon mengambilkannya peralatan menulisnya.

Ia hanya terduduk di atas kasurnya. Tangannya belum menggores sedikit pun tinta pada kertasnya.

Tidak lama, Leona mengalihkan pandangannya saat sudut matanya menangkap sosok bercahaya hijau. Ia juga menyadari kehangatan tiba-tiba dari sosok tersebut.

Leona menatap sosok tersebut seperti sudah bukan masalah yang besar selagi sosok itu masih menatap Leona dengan tatapan kecewanya.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 1)

Leona sudah lelah menghadapi sosok dihadapannya. Ia hanya bisa menunggu apa keinginan sebenarnya dari sosok tersebut.

“Alecdora,” lirih Leona, memanggil nama sosok itu.

Leona terkekeh pahit. “Aku paham, kok! Kalau kau tidak membiarkanku menulis lebih dari ini, aku tidak akan melanjutkannya. Kau tidak perlu khawatir."

"Lagi pula, aku sudah menyerah. Karena itu,” Leona menutup matanya, muak melihat sosok Alecdora. “Berhentilah muncul dihadapanku!”

Leona melempar lembar kertas kosongnya ke sembarang arah, berharap Alecdora bisa menghilang dari hadapannya. Ia sudah muak dengan segalanya.

Sayangnya, Alecdora masih berdiri di sana. Alecdora semakin menatap kasar dan kecewa pada Leona.

Leona berusaha untuk mengatur napasnya. Ia menatap kosong Alecdora.

“Kau hanya ilusi yang aku ciptakan. Kau harusnya ada untuk menenangkan hatiku. Tapi kenapa? Kenapa kau malah mencermikan kelemahan terbesar dari hatiku?” tanya Leona pada sosok itu.

Manik api Leona berkaca-kaca dan gelap. “Aku tidak pernah sekali pun terpikir, menghadapi tulisanku sendiri akan semenyakitkan ini.”

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 2)

Sekali lagi Leona tersenyum pahit dengan kenyataannya sendiri. “Aku menyerah, Alecdora. Aku tidak bisa melanjutkan ceritaku jika kau tidak memberitahuku apa yang kau inginkan,” keluh Leona.

“Mau menghadapi masa lalu ataupun masa kini, aku tetap terlihat seperti gadis rapuh yang harus dilindungi. Aku ini sangat menyedihkan.”

“Aku…” Leona tersentak saat ia tiba-tiba mendengar sosok Alecdora bersuara.

“Aku hanya ingin kebahagiaan untuk semua orang. Untukku, untukmu dalam duniaku, dan untukmu sebagai penulisku.”

Napas Leona yang berderu terdengar. “Alec-” baru ingin memanggil Alecdora, sosok tersebut menghilang dari hadapan Leona, meninggalkannya Leona dalam diam, keheningan dan dinginnya malam.

Tapi pada akhirnya, Leona menyadari apa yang Alecdora mau. Ia menyadari dimana letak kesalahannya selama ini dan kenapa Alecdora selalu menghantuinya.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 3)

Ia sadar, Alecdora tidak hanya menginginkan akhir yang bahagia untuknya, tapi untuk Leona juga sebagai penulisnya.

Di gelapnya malam, Leona terduduk di ruangannya. Cahaya lilin menjadi satu-satunya sumber pencahayaan yang menerangi kamarnya.
Pena yang ia genggam terus menggoreskan tinta, menuliskan apa yang hatinya ucapkan. Keheningan malam menyelimuti bersama dengan badai angin yang terus berhembus.

“Keluargaku menjodohkanku dengan seorang perwira muda. Aku melakukan ini demi ibuku yang sedang sakit. Kita tidak bisa bersama. Maafkan aku, Alecdora. Aku mencintaimu.” gores pena tersebut di atas kertas.”

Wajah Leona menyiratkan rasa frustasi dan kesedihan yang amat mendalam.

Sudah lima kali ia menulis kalimat yang sama, tapi kalimat-kalimat itu terus menghilang dari kertasnya.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 4)

Alecdora benar-benar melarangnya menulis kalimat semenyakitkan itu.

Napas Leona bergetar karena menahan tangis. Ia memijat keningnya pelan, berharap itu bisa mengurangi perasaan berlebih yang sedang ia rasa.

Ia pun berlirih, memanggil nama orang yang tidak merestui apa yang ia tulis. “Alecdora…”
-
“Sepertinya badai anginnya tidak mau berhenti,” gumam Leon.

Leo yang sedang duduk di sofa hanya menyeruput teh panasnya. Meski masih pagi, mendung tak berujung ini terus terlihat bersamaan dengan desiran angin yang cukup kuat masih bisa terasa.

“Katanya pusat anginnya ada di Danau Malam. Aku tidak tahu tulisan Ayunda bisa membuat bencana sebesar ini. Kalau tidak salah, Kuil Ramalan juga ada di dekat Danau Malam,” bincang Leon.

Leon bersandar pada sofa dan menghela napasnya, mengingat apa yang otak dan pikirannya bisa tangkap.

“Kalau aku ingat lagi, cerita Danau Keputusasaan milik Ayunda ditulis dalam sudut pandang orang pertama. Yang berarti,” gumamnya.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 5)

Leon memperbaiki posisi duduknya dan menatap kakaknya. “Putri dari tepian dekat itu Ayunda?!”

Leo mengangguk. Tangannya berusaha untuk merasakan panas dari cangkir teh yang ia genggam.

“Itu alasan kenapa karakter yang Leona tulis mengamuk seperti ini. Ia ingin bersama Leona, tapi Leona harus bersama orang lain.”

Untuk kesekian kalinya, Leon menghela napasnya. “Padahal besok wawancara pernikahannya dengan Laksamana William.”

Manik api Leon langsung menangkap pembantu rumah tangganya yang membawa nampan berisikan secangkir teh jahe. “Oh, Bibi Erika!” sapa Leon.

“Selamat pagi, Tuan, Tuan Muda,” sapanya. Leo hanya mengangguk, membalas sapaannya tersebut.

Sementara itu, Leo berdiri dari sofanya. “Bibi mau mengantar itu ke kamar Ayunda?”

“Benar, ini untuk obat demam paginya. Nona Leona harus meminum teh ini sebelum jam sembilan pagi.”

“Kalau begitu, biar aku yang antar!” ucap Leon dengan senyuman hangatnya.

“Apa tidak masalah?” tanya Bibi Erika. Leon mengangguk dengan yakin. “Kalau begitu, terima kasih!”

Bersambung..***

Editor: Brilliant Awal


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah