Mereka yang Kau Tulis (Chapter 13)

- 2 Februari 2021, 09:45 WIB
Ilustrasi menulis.
Ilustrasi menulis. /StockSnap/pixabay.com/stocksnap



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Leona mengungkapkan alasan mengapa Alecdora tidak mau kembali ke ceritanya pada Leon.

Di sisi lain, Leon menyadari keinginan kakak perempuannya itu terhadap Alecdora.

Ia juga menyadari beban berat macam apa yang Penulis Hantu seperti ibunya dan Leona tanggung.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Tidak boleh!” bentak Leo sesaat setelah Leona meminta izin untuk pergi ke Danau Malam.

Leona mengigit bibir bawahnya karena gugup. “Kalau masalahnya karena demamku, demamku sudah turun!” Leona menyentuh keningnya sendiri, membuktikan pada kakaknya itu.

“Leona, kau harus sembuh total sebelum keluar rumah! Besok kau ada wawancara pernikahan dengan William, kan?” tanya Leo, menjelaskan alasan mengapa Leona dilarang keluar dari rumahnya itu.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 4)

Leo manatap tajam adik bungsunya yang berdiri di belakang Leona. “Leon, kau juga harusnya menjaga kakak perempuanmu!” omel Leo.

“Maafkan aku,” lirih Leon yang langsung menunduk.

“Ini bukan salah Leon!” tegas Leona pada kakaknya itu.
“Aku hanya ingin bertanggung jawab atas apa yang telah aku tulis. Aku hanya ingin membawa Alecdora kembali!”

“Aku tidak akan mempermasalahkan dirimu yang mengingkari janjimu padaku."

"Tapi kau tahu Danau Malam sedang dalam siaga bahaya karena badai angin ini. Kenapa kau tidak mau memulihkan dirimu sampai anginnya sedikit reda?” tanya Leo yang masih tidak habis pikir dengan apa yang Leona pikirkan.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 5)

Leona menunduk. “Alecdora tidak akan berhenti jika aku tidak melakukan apa-apa. Aku ingin segera menyelesaikan masalah ini,” jelas Leona. Ia kembali menatap kakaknya.
“Lagi pula, bukankah tidak indah kalau wawancara pernikahan besok malah mendung dan berangin? Sungguh tidak indah!” gerutunya.

“Karena itu,” lanjut Leona. Tatapannya lebih terlihat seperti memohon dan memelas.

“Karena itu, aku berjanji tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya.”

Leo hanya bisa menghela napasnya, mulai lelah dengan Leona yang keras kepala. Ia berdiri dari sofa tempat ia duduk sebelumnya.

“Leona, aku ini bukan Penulis Hantu sepertimu atau Ibunda yang bisa melihat makhluk-makhluk seperti itu. Jadi aku tidak tahu apa itu akan berbahaya atau tidak."

"Aku tidak bisa mengetahui kapan dan bagaimana bahaya akan mendekatimu,” jelas Leo dengan suara yang lebih lembut.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 6)

“Sekarang kau paham, bukan?”

Leona tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia pun mengangguk pelan. “Aku mengerti,” lirihnya.

“Kalau begitu aku permisi,” pamit Leona yang kemudian meninggalkan ruang tamu.

Sebelum masuk ke kamarnya, Leona nampak melamun.
Tangannya sudah memegang knop pintu tapi ia masih belum berniat untuk memutarnya. Leona pun hanya bisa menghela napasnya.

“Ayunda.”

Leona menoleh saat seseorang yang bukan lain adalah Leon memanggilnya. Ia menatap Leona dengan tatapan khawatir dan memelas.

Baca Juga: Mereka yang Kau Tulis (Chapter 7)

“Aku pikir, Kakanda hanya khawatir padamu,” gumam Leon.
“Tidak seperti perjodohanmu dan Laksamana William, masalah Alecdora lebih serius dari itu. Aku tahu, hanya Ayunda yang bisa meyelesaikan permasalahan Alecdora. Tapi, tolong pikirkan kondisi hati dan tubuhmu,” pinta Leona.

“T-tapi-”

“Ayunda tahu, Kakanda bukan satu-satunya orang yang mengkhawatirkanmu. Aku juga sama khawatirnya dengan dia dan aku rasa Laksamana William juga begitu,” tutur Leon, memotong perkataan kakak perempuannya itu.

Leon pun pergi meninggalkan sang kakak dalam diam. Suara desiran pepohonan yang terkena hembusan angin pun terdengar, menemani keheningan tersebut.

Bersambung...***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x