Ceramah Jumat Akhir Ramadhan: Evaluasi Ibadah Ramadhan

- 29 April 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi naskah khutbah Jumat akhir Ramadhan.
Ilustrasi naskah khutbah Jumat akhir Ramadhan. /Pixabay/Mohamed_Hassan.
 
GALAJABAR - Tidak terasa bulan suci penuh obralan pahala dari Allah SWT, Ramadhan sebentar lagi akan pergi.
 
Satu bulan sudah kita digembleng untuk meningkatkan ibadah dan bertakwa kepada Allah SWT.
 
Pekan ini adalah pekan terakhir Ramadhan, juga Jumat terakhir di bulan Ramadhan.
 
Teks khutbah Jumat ini sangat cocok disampaikan oleh para khotib untuk mengajak para jamaah sholat Jumat merenungi dan mengevaluasi diri selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan tahun ini.
 
 
Khutbah I
 
اَلْحَمْدُ لله، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ الْفُرْقَانَ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذَيِرًا، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْنَا بِأَنْوَاعِ النِّعَمِ مِدْرَارًا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُطَهِّرُوْنَ اللهَ تَطْهِيْرًا. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ فِىْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم، إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ، تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ، سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
 
Hadirin sidang Jumat Hafidhakumullah!
 
Sebentar lagi Ramadhan akan pergi, dan kita tak pernah tahu, apakah akan berjumpa lagi dengannya di tahun berikutnya atau tidak.
 
Dalam menjalani Ramadhan, setidaknya ada dua kelompok jenis manusia yang perlu kami sampaikan.
 
Yang pertama adalah orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadhan sebagaimana mestinya.
 
Mereka puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, dan makan dari harta yang halal, menjauhi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
 
 
Mereka bersungguh-sungguh beribadah dengan tujuan meraih ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
 
Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan upah atas segala jerih payah yang mereka kerahkan.
 
Kelompok orang dari jenis yang pertama ini adalah ahlullah. Mereka akan menjadi orang spesial di hadapan Allah pada waktu bumi ini sudah diganti bukan berbentuk bumi, langit sudah berganti tidak sebagaimana langit yang kita saksikan, dunia ini sudah rusak luluh lantak, di mana para manusia telah memasuki era baru akhirat.
 
Hasil tanaman amal-amal hamba mulai ditampakkan, peluh keringat ibadah mereka selama di dunia akan dibayar gajinya dengan ganjaran yang berlipat ganda.
 
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
 
Artinya: “Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.” (QS Ali Imran: 185)
 
 
Orang-orang yang beriman, menjalani puasa dengan baik, kelak akan tampak riang gembira, bersukacita, menikmati anugerah yang begitu agung yaitu bisa memandang Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
 
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ
 
“Wajah-wajah pada hari itu (hari kiamat) ada yang berseri-seri.”
 
إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
 
“Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al-Qiyamah 22-23).
 
Pada hari itu pula para malaikat gembira melihat orang-orang mukmin, mereka masuk ke surga dari semua pintu yang disediakan atas buah kesabaran mereka menahan hawa nafsu makan, minum, dan maksiat lain di bulan Ramadhan serta mereka juga sabar menjalankan ibadah malam dan ibadah lain, sehingga atas kesabaran mereka, dikatakan: سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
 
Artinya: “Malaikat-malaikat itu mengucapkan (Kesejahteraan buat kalian) yakni pahala ini (berkat kesabaran kalian) sewaktu kalian di dunia (maka alangkah baiknya tempat kesudahan ini) akibat dari perbuatan kalian itu.” (QS Ar-Ra’d: 24)
 
 
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamdu
 
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyatakan, di dalam Bulan Suci Ramadhan ada lima hal yang tidak pernah diberikan kepada satu umat pun sebelum Nabi Muhammad ﷺ yaitu pada malam pertama Ramadhan, Allah memandang kepada semua umat Muhammad.
 
Barangsiapa pernah dipandang oleh Allah, tidak pernah disiksa selamanya.
 
Kedua, mulut orang yang berpuasa ketika memasuki sore hari, baunya secara hakikat, menjadi lebih harum daripada minyak kasturi.
 
Ketiga, setiap sehari semalam, selama Ramadhan, para malaikat memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
 
Keempat, Allah bersabda kepada surga, “Persiapkan tempatmu, hiasilah dirimu dengan perhiasan yang indah untuk hamba-Ku yang meluangkan diri meninggalkan kerepotan atau hiruk pikuk duniawi, kemudia sibuk menuju kepada kemurahan-Ku.”
 
 
Kelima, pada malam terakhir bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa mereka semua.
 
Mendengar Rasulullah ﷺ menyatakan tentang pengampunan dosa ini, salah satu sahabat lalu bertanya kepada Baginda Nabi, 
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدَرِ؟
 
“Apakah karena mereka memperoleh malam lailatul qadar, Ya Rasul?”
 
قَالَ : لَا أَلَمْ تَرَ إِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ، فَإِذَا فَرَغُوْا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا أُجُوْرَهُمْ
 
Rasul menjawab: “Bukan, apakah kamu tidak melihat para karyawan yang sedang bekerja? Ketika mereka telah menyelesaikan tugas mereka, tentu mereka akan mendapatkan gajian. (Syu’abul Iman: 3331)
 
Pada intinya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
 
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
 
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS As-Sajdah: 17)
 
 
Hadirin sidang Jumat Hafidhakumullah!
 
Kelompok atau jenis manusia yang kedua adalah orang-orang yang tidak menghormati Ramadhan dengan baik.
 
Kelompok ini dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah atas dasar sombong.
 
Mereka tidak mau puasa dan lain sebagainya karena tidak percaya kepada perintah Al-Qur’an dengan faktor keangkuhan di hati mereka.
 
Orang-orang yang seperti ini, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
 
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan." (QS Al-A’raf: 40)
 
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
 
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS Al-Mu’min:60)
 
 
Satu kelompok lagi adalah orang-orang yang tidak berpuasa, tidak memenuhi hak-hak Ramadhan dengan baik namun tidak didasari dengan kesombongan.
 
Mereka orang-orang yang sembrono dalam menjalani hidup namun dalam hati mereka tertancap keyakinan bahwa yang mereka lakukan adalah kesalahan, maksiat kepada Allah, tetapi mereka merasa kalah dengan serangan nafsu amarah mereka, mereka adalah termasuk orang yang lemah.
 
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
 
“Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS An-Nisa’: 28).
 
Pada kelompok ini, ketika mereka meninggalkan kewajiban puasa, misalnya, mereka sembari bermunajat kepada Allah, “Ya Allah, saya sedang sembrono, tidak mengindahkan perintah-Mu, kami kalah dengan godaan hawa nafsu, godaan saya teramat berat, semoga Engkau mengampuni kami, terimalah tobat kami.” Maka, tidak diragukan lagi, Allah pasti akan mengampuni mereka sebab Allah Maha Pengampun, meskipun kewajiban seperti qadla puasa dan lain sebagainya tetap harus dijalankan.
 
 
Pada satu hadits Qudsi shahih, Allah berfirman:
أَذنَب عبْدٌ ذَنْبًا فقالَ: اللَّهُمَّ اغفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِم أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ ربِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تبارك وتعالى: أَذْنَبَ عبدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغفِرُ الذَّنبَ، وَيَأخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَي رَبِّ اغفِرْ لِي ذَنبي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالى: أَذْنَبَ عَبدِي ذَنبًا، فعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنبِ، قد غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَفْعَلْ مَا شَاءَ
 
“Ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu ia berdoa ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, lalu Allah bersabda lagi, ada hamba-Ku yang melaksanakan dosa, ia sadar, tahu bahwa dia punya Tuhan yang maha mengampuni dosa, ia melakukan dosa lagi, ia berdoa lagi, ‘Ya Allah, ampunilah dosa kami’, Aku ampuni hamba-Ku, maka lakukan apa saja yang ia mau.” (Muttafaq ‘alaih)
 
Hal penting yang perlu dicatat pada hadits ini adalah jika ada hamba melaksanakan dosa dengan diikuti perasaan diawasi oleh Allah selalu dan kemudian menyesali, tiba-tiba mengulangi lagi dan seterusnya, namun ia selalu meminta ampun kepada Allah seraya merasa bersalah dan meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, Allah akan mengampuni mereka.
 
Dosa yang sangat besar adalah apabila ada orang bermaksiat kepada Allah namun motifnya ia sombong kepada Allah, tidak mau merunduk dan mengakui kesalahannya kepada Allah, padahal nyata-nyata yang ia kerjakan adalah kesalahan, dosa yang seperti ini sangat berbahaya.
 
 
Berbeda apabila dalam hati kecil selalu merasa bersalah, namun terkadang tergelincir secara berulang-ulang dan meminta ampun, gelisah, menyesal dan bertobat terus, walaupun berulang, akan diampuni Allah, karena memang manusia tempatnya kelemahan. Ia tidak bisa membentengi pribadinya masing-masing secara seratus persen. Masing-masing sesuai dengan kekuatan iman yang tidak sama.
 
Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
 
Marilah kita mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan berupa kita bisa menjalankan puasa sebulan penuh beserta ibadah malam-malamnya.
 
Kita patut bergembira atas anugerah dan rahmat Allah tersebut.
 
 
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
 
“Katakanlah Wahai Muhammad ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” (QS Yunus: 85)
 
Apabila di antara kita ada yang tidak memenuhi Ramadhan dengan sebaik-baiknya, marilah kita bermunajat kepada Allah, memohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sebagai konskwensinya, secara syariat, apabila ada yang meinggalkan puasa, seharusnya puasa yang ditinggalkan untuk diqadla atau diganti puasa pada hari yang lain.
 
 
Mari kita berdoa, semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq, hidayah serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, amin.
 
جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
.***

Editor: Noval Anwari Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x