Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (¢=-07° 48' dan l = 110° 21' BT ) = +01° 47' 58" (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk.
Menurut Syamsul, ketetapan awal Ramadhan 1444 Hijriyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah sama dengan ketetapan Kementerian Agama, yang berpedoman pada kriteria serupa dalam menetapkan awal Ramadhan.
Namun kemungkinan berbeda pada penetapan awal Syawal dan Dzulhijjah. Hal ini disebabkan karena Kementerian Agama menggunakan kriteria yang disepakati Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Baca Juga: Musim Lebaran Tahun Ini, Dirut Angkasa Pura Sebut Maskapai Ajukan 1.300 Penerbangan Tambahan
Baca Juga: Aktivis Anti Korupsi Jawa Barat Laporkan Dugaan Korupsi di Disdik Kab Kuningan ke KPK
"Hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat. Kalau kriteria ini tidak dipenuhi berarti tidak dapat dilihat, sehingga bulan baru terjadi pada lusa," ucap Syamsul.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, berpesan kepada seluruh warga muslim untuk saling menghargai menghormati dan tasamuh atau toleransi apabila ada perbedaan dalam penetapan Syawal maupun Dzulhijjah.
"Kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadhan, 1 Syawal, 10 Zulhijah, sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan, lalu timbul penghargaan dan kearifan," ujar Nashir.***