Mereka yang Kau Tulis (Chapter 6)

- 26 Januari 2021, 08:53 WIB
 ilustrasi menulis
ilustrasi menulis /pixabay



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Leona yang sedang kesal meminta penjelasan dari kakaknya.

Leo menjelaskan bahwa ia punya tanggung jawab yang harus ia penuhi, salah satunya tugas terakhir dari sang ibu. Surat dan catatan terakhir Nyonya Ariel Rouen untuk Leona menjawab semuanya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Leona terdiam tidak percaya. Sorot matanya bergetar hebat, mengguncang bendungan air mata yang akan hancur dalam hitungan sepersekian detik. Air matanya membasahi kertas lama yang ia genggam.

Leo terdiam menatap manik api adiknya yang padam karena air mata itu. Belum pernah seumur hidupnya ia melihat sorot mata segelap itu dari adiknya.

Satu hal lain yang membuatnya terkejut dan tidak ingin percaya adalah alasan dari gelapnya sorot manik Leona adalah dari orang yang paling Leona sayang, percaya dan paling ia hormati.

Rasa takut, penyelasan dan frustasi dari Nyonya Ariel Rouen, ibunya terlukis jelas di manik padam Leona melalui perasaannya. Leo mengeratkan giginya. Kondisi Leona saat ini sangat menyayat hatinya.

“Kakanda,” panggil Leona, membuat Leo mendongak.

Baca Juga: Ini Dia Kevin Ardilova Pemeran Tristan di My Lecturer My Husband yang Bikin Jatuh Hati

“Kalau Leon berbuat sesuatu yang akan mencemar nama baik keluarga, hukuman macam apa yang akan Kakanda berikan padanya?” tanya Leona tiba-tiba.

“Tergantung dalam konteks apa ia melakukannya,” jawab Leo tegas. “Ada apa dengan itu?”

“Apa jadinya jika aku yang melakukan itu?” tanya Leona.
Maniknya yang penuh kekesalan dan perasaan negatif menatap tajam Leo, membuat sang kakak tersentak.

“Apa maksudmu?”

“Ibunda ingin aku bebas, ‘kan? Jadi aku akan melakukan apapun demi itu.” Leona terkekeh miris pada dirinya sendiri.

“Aku mulai merasa bodoh dengan sifat kekanak-kanakan ini.”

“Leona!” Leo sedikit menaikan nada bicaranya, menepas pemikiran buruk adik perempuannya tersebut.

“Apa kau tidak mengerti?! Inti dari keinginan Ibunda bukanlah dari kebebasannya itu, melainkan kebahagiaannmu!”

“Aku juga mengerti!” kini, semua malah jadi adu berteriak.

“Aku tidak akan memaafkan Ibunda karena menjadi akar semua ini! Aku juga tidak akan memaafkan Kakanda yang sudah memaksaku untuk masuk dalam permainan perjodohan ini!"

"Dan aku, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri yang selama ini tidak mengerti dengan apa yang Ibunda alami dan tanggung demi kebahagiaanku!”

Baca Juga: Wycombe vs Tottenham: Meski Menang, Gareth Bale cs Harus Kerja Keras Hingga Injury Time

DAPP! Leo terkejut saat merasakan adiknya itu memeluknya.

Setelah kalimat-kalimat kekesalan yang dipadukan dengan penyesalan itu, Leo bisa merasakan bahwa menjadi seorang perempuan konglomerat tidaklah mudah.

Ia bisa merasakan semua yang Leona rasakan saat itu. Leo membalas pelukan tersebut dan membiarkan Leona mengeluarkan semua emosinya.

“Ini pilihan dalam keputusasaan,” lirih Leo. Tapi di dalam hatinya, Leo tersenyum tipis.

“Kau hanya belum tahu siapa yang akan menikahimu,” gumam Leo dalam hatinya.

Leo bertanya, “kita jalani ini demi Ibunda, bagaimana?”

Setelah itu, Leona kembali berjalan ke aula tamu bersama kakaknya, Leo.

Sebelumnya, Leo menunggu Leona mengganti pakaiannya yang kusut, menata rambut dan merias ulang riasan wajahnya.

“Ayunda,” lirih Leon yang nampaknya mengkhawatirkan Leona.

“Maafkan saya atas kekacauan yang sebelumnya saya buat,” ucap Leona dengan suara yang sopan seraya menunduk.

“Tidak apa, aku bisa mengerti perasaanmu, ‘Nak,” tutur Nyonya Giovanni yang tersenyum dengan manis pada Leona.

Leona membalas senyuman itu dengan sama manisnya.

Baca Juga: Hindari Kerumunan Warga, Tim Gabungan Hentikan Aktivitas Pasar Tumpah di Majalaya

“Sepertinya ini lebih lama dari yang kita bayangkan,” kekeh William dengan suara khasnya.

“Saya minta maaf akan hal itu.” Leo meminta maaf.

“Leona, keputusanmu?” tanya Leo pada adiknya itu.

Leona memalsukan sebuah senyuman. Leo dan William tahu akan hal itu. Wajar saja, insting mereka diasah sejak kecil untuk kepentingan militer, jadi mereka bisa tahu detail kecil seperti itu.

“Suatu kehormatan bisa menikahi pria sehebat Anda, Tuan William Giovanni.”

William tersenyum. “Tolong panggil aku William.”
Orangtua William menghela napasnya lega. Begitu pun dengan Leo dan Leon.

“Bagaimana dengan wawancara pernikahan sebelum mengumumkan pertunangan resmi kita?” saran William.
Leona hanya tersenyum padanya. “Kedengarannya sempurna.”

“Tapi sebelum itu,” Leona menatap kakaknya yang berbicara. “Berjanjilah padaku kau tidak akan menulis novel apapun apalagi romansa sebelum kau menikah!”

Baca Juga: LOWONGAN PEKERJAAN, DLHK Kota Bandung Membutuhkan Sejumlah Tenaga Ahli

Leona terdiam. Ia ingin menolak, tapi ia tidak bisa. Ia pun hanya bisa berlirih, “baik, Kakanda.”

Leo tahu kemampuan yang abnormal yang dimiliki penulis seperti Leona dan ibunya.

Karena itu, ia tidak ingin Leona menulis novel bertema romansa dan malah mengacaukan semuanya.


Bersambung...**

Editor: Brilliant Awal


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah