Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 20)

- 24 Mei 2021, 10:20 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Ieyasu menjelaskan maksud dan niat sesungguhnya Tsukiyama.

Meski sudah tidak mungkin lagi untuk menyelematkan Tsukiyama, Ieyasu ingin orang-orang mengetahui bahwa sebenarnya istri sahnya itu tidak bersalah.

Ieyasu mengaku kalah pada Putri Toku dan hal ini jelas membuat Nobuyasu terkejut saat tahu alasan kematian mendatang ibunya adalah ulah istrinya sendiri.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Apa aku salah?! Apa kalian masih butuh bukti bahkan jika Tuan Ieyasu sudah mengakuinya?!” tanya Putri Toku saat melihat banyak pelayan, pengawal, dan orang-orang istana lain yang berbisik-bisik, membela Tsukiyama.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 10)

“Nyonya Tsukiyama, sebelum ini, aku melihatmu mengendap-ngendap untuk menemui seseorang. Apa orang yang kau temui juga bagian dari Klan Takeda?!”

“Cukup, Toku!” sergap Nobuyasu sebelum Putri Toku kembali memperburuk keadaan.

“Tidak, suamiku! Aku tidak akan diam!” Putri Toku bahkan menolak masukan suaminya sendiri.

“Pemimpin seperti ayahku tidak mungkin melakukan hal sehina itu untuk mendapatkan kemenangan! Tuan Ieyasu, apa kau tidak sadar? Nyonya Tsukiyama hanya akan menodai harga diri Klan Tokugawa dan Klan Oda!”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 11)

“Lalu bagaimana dengan mendiang Nona Fujin?!” sergap Putri Kame, bertanya sebelum ayahnya bisa menjawab pertanyaan Putri Toku sebelumnya.

“Nona Fujin juga keponakan Tuan Nobunaga sekaligus putri angkatnya! Apa itu tidak mencoreng nama baik Klan Oda?!”

“Kame, hentikan! Kau sudah berjanji Pertempuran Nagashino adalah pertempuran terakhirmu! Aku tidak akan mengambil resiko apapun lagi untuk mempertaruhkan nyawamu lebih dari itu!” tutur Ieyasu dengan tegas pada putrinya.

Ya, sebagai putri sulung yang harus melindungi istana saat suami tidak ada, Putri Kame adalah seorang ksatria wanita.

Beberapa saat setelah ia menikah dengan Okudaira Nobumasa, Putri Kame membantu ayahnya dan suaminya dalam Pertempuran Nagashino.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 12)

Jika dalam sebuah peperangan kematian bisa menusuk kapan saja, Ieyasu tidak akan mempertaruhkan nyawa putrinya yang sudah jelas akan langsung melayang jika Putri Kame menyulut kematian tersebut.

Di sisi lain juga, Ieyasu sudah berjanji pada Tsukiyama bahwa ia akan selalu melindungi Nobuyasu dan Putri Kame.
Nobunaga menatap Putri Kame dengan tatapan tidak tertarik.

Ia menunggu putrinya untuk menjawab tantangan Putri Toku itu. “Saudariku tidak ada hubungannya dengan ini!” geram Putri Toku.

“Ayahku menikahkan saudariku dengan orang Takeda demi kepentingan politik! Berbeda dengan masalahku dan suamiku sekarang!”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 13)

Saat itu juga, kesabaran Putri Kame yang sudah habis membuatnya menarik sebuah pedang pendek dari balik kimono yang ia kenakan. Kemurkaan mengambil alih hati dan akal sehatnya.

“Lalu apa bedanya dengan rencana yang ibuku coba lakukan?! Ibuku melakukan semua ini tidak hanya demi Kakanda Nobuyasu, tapi demi kemenangan aliansi ayah kita! Dimana letak kesalahan ibuku?!” teriak Putri Kame dengan air mata yang mulai meluncur ke pipinya.

Putri Kame tahu apa yang akan terjadi pada ibunya dan ia tahu siapa orang yang membuat ibunya harus menghadapi semua takdir buruk itu. Jelas-jelas itu membuatnya membenci Putri Toku.

Putri Kame mulai menarik pedang pendek tersebut dari sarungnya sebelum ia merasa seseorang menahan pedangnya. “I-Ibunda,” bingung Putri Kame.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 14)

Tsukiyama yang masih bergetar ketakutan pun menahan Putri Kame untuk tidak menarik pedangnya.

Ia tersenyum sayup pada putrinya dan menggelengkan kepalanya.

“T-tapi kenapa?” Putri Kame hanya ingin melindungi ibunya dan ibunya itu malah menghentikannya.

“Ayahmu sudah menyuruhmu berhenti. Tenangkan dirimu, ya? Kau mau ayahmu mengomelimu lagi?” tanya Tsukiyama dengan ringannya seperti ia sedang berada dalam kondisi yang tidak membahayakan.

Perlahan, Tsukiyama menarik dirinya sendiri dari pelukan Putri Kame.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 15)

Tsukiyama merasa sudah cukup lama berusaha menenangkan dirinya. Saat ia sudah merasa cukup tenang untuk menerima dan menghadapi takdirnya,

Tsukiyama pun berdiri tegak dengan anggunnya. Ia menatap Putri Toku dan tersenyum dengan indahnya.

“Mengenai pertanyaanmu sebelumnya,” ucap Tsukiyama pelan. Ieyasu dan yang lainnya bisa melihat kesedihan tersirat di matanya.

“Itu benar, sebelum ini, aku bertemu dengan seorang pesuruh Klan Takeda.” (bersambung)***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x