Muhammadiyah Lebaran Duluan, Kemungkinan Berbeda dengan Pemerintah dan NU

14 April 2023, 15:30 WIB
Muhammadiyah Lebaran Duluan, Kemungkinan Berbeda dengan Pemerintah dan NU./muhammadiyah.or.id /

GALAJABAR - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar telah menentukan awal Syawal 1444 Hijriyah, dengan kemungkinan akan lebaran terlebih dahulu bila dibandingkan dengan apa yang diperkirakan oleh pemerintah.

Muhammadiyah pada dasarnya telah menetapkan secara langsung tiga hari besar yaitu 1 Ramadhan 1444 Hijriah pada 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 Hijriyah pada 21 April 2023, dan 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah yang jatuh pada 28 Juni 2023.

Baca Juga: Rata-rata Masih Pelajar, 367 Pelaku Tawuran Berhasil Diamankan Polres Depok

Baca Juga: Lebaran 2023 Kemungkinan Sabtu, Begini Perkiraan Kemenag dan BRIN

"Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Dzulhijjah," kata Syamsul.

Penentuan tersebut berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, ia menambahkan Wulan karimah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.

Adapun tiga syarat yakni terjadinya ijtimak, itu terjadi sebelum matahari terbenam dan pada saat matahari terbenam bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.

Berdasarkan surat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, pada Kamis 29 Ramadhan 1444 Hijriyah atau yang bertepatan dengan 20 April 2023 Masehi, Syawal 1444 Hijriyah terjadi pada pukul 11.15.06 WIB.

Baca Juga: BERIJABAH: Kiat Agar Jamaah Tidak Tertipu Travel Haji dan Umroh

Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (¢=-07° 48' dan l = 110° 21' BT ) = +01° 47' 58" (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk.

Menurut Syamsul, ketetapan awal Ramadhan 1444 Hijriyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah sama dengan ketetapan Kementerian Agama, yang berpedoman pada kriteria serupa dalam menetapkan awal Ramadhan.

Namun kemungkinan berbeda pada penetapan awal Syawal dan Dzulhijjah. Hal ini disebabkan karena Kementerian Agama menggunakan kriteria yang disepakati Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Baca Juga: Musim Lebaran Tahun Ini, Dirut Angkasa Pura Sebut Maskapai Ajukan 1.300 Penerbangan Tambahan

Baca Juga: Aktivis Anti Korupsi Jawa Barat Laporkan Dugaan Korupsi di Disdik Kab Kuningan ke KPK

"Hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat. Kalau kriteria ini tidak dipenuhi berarti tidak dapat dilihat, sehingga bulan baru terjadi pada lusa," ucap Syamsul.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, berpesan kepada seluruh warga muslim untuk saling menghargai menghormati dan tasamuh atau toleransi apabila ada perbedaan dalam penetapan Syawal maupun Dzulhijjah.

"Kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadhan, 1 Syawal, 10 Zulhijah, sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan, lalu timbul penghargaan dan kearifan," ujar Nashir.***

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler