Alice dan Dua Pasukan Negeri Ajaib (Chapter 10)

- 5 April 2021, 10:06 WIB
tower bridge london
tower bridge london /pixabay/

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Jonah berusaha semampunya untuk meyakinkan Alice bahwa semua akan baik-baik saja tanpa perlu melibatkan Alice dalam medan pertempuran.

Namun, Zero datang dan menyuruh Jonah untuk melepas Alice. Zero tahu bahwa Alice bukan wanita yang lemah dengan bukti ia bisa menundukan Raja Merah, Lancelot Kingsley dan Raja Hitam, Ray Blackwell sekaligus.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Angin gunung berhembus dengan kuat. Namun, langkah kaki seseorang membuat Amon yang sedang berdiri di atas menara perbatasan mengalihkan pandangannya, mendapati seorang wanita bercadar merah berdiri tepat di bawah menara.
“Seorang gadis kecil? Maju!” titah Amon pada muridnya.
Dengan penuh keterkejutan, Amon akhirnya mengingat siapa gadis yang berhasil menghabisi murid-muridnya dengan sebilah belati perak itu. Ia pun turun dari menara tersebut.

Baca Juga: Tagar PresidenTrending! Banyak Politisi dan Warganet Kritik Jokowi dan Prabowo


“Aku ingat, apa ini Alice, gadis yang sedang aku cari?” tanya Amon dengan nada yang menyebalkan.
Untuk beberapa saat, tangan Alice bergetar tak karuan karena trauma yang ia alami akibat ulah Amon. Namun, ia melawan trauma tersebut semampunya. Alice membuka cadar merahnya, memperlihatkan goresan luka di pipi karya salah satu muridnya.
“Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Alice yang masih berusaha menyembunyikan gemetarnya.
“Aku menginginkanmu. Aku ingin sihir tak terbatas yang katanya bisa mengendalikan apapun di negeri ini dank au bisa dengan mudah menguasainya. Cinta, mereka bilang? Aku melakukan penelitian bertahun-tahun demi menyempurnakan sihir semacam itu namun, hasilnya selalu nihil. Sejauh ini, baru Harr Silver, Si Joker yang bisa membuat penghancur batasan dari sebuah kristal sihir,” jawab Amon tanpa ragu.

Baca Juga: Ini ternyata Manfaat Olahraga Mahal Berkuda


“Cukup Pasukan Merah dan Hitam yang menciptakan kekacauan dan mengusik kedamaian Negeri Ajaib. Sejak awal, kekacauan ini adalah salahmu! Tapi, apa kau akan membuat kekacauan lagi?!” tanya Alice.
“Memangnya apa yang kau sebut sebagai perdamaian sejati? Kekacauan akan selalu ada dimana pun kau berada, gadis manis. Kalau kau berniat untuk mengakhiri kekacauan, maka aku akan selalu ada di sana untuk membuat kekacauan yang kau benci itu.”
Alice mengepal tangannya. “Kekacauan yang Pasukan Merah dan Hitam buat adalah takdir terulang yang pernah ditampilkan oleh cermin-cermin takdir di Tanah Cermin. Ratusan tahun lalu, kekacauan seperti ini terjadi atas ulah Ratu Merah dan Putih. Alice Pertama berhasil menghentikannya. Lalu sekarang, Pasukan Merah dan Hitam melakukan hal yang sama. Apa kau, Alice Kedua bisa menghentikannya?” tanya Amon.
“Nanti pun begitu, akan ada kekacauan baru terjadi di Negeri Ajaib,” lanjut Amon. “Kita hanya bisa menghadapi takdir itu. Kita tidak akan pernah bisa lepas dari takdir kita sendiri,” tutur Amon lagi.

Baca Juga: Polri Beri Solusi Jitu Atas Terorisme: Kelompok Islam Moderat Harus Bersatu Lawan Radikal
Alice terdiam seraya menunduk. “Aku… sudah berjuang keras untuk menghentikan konflik di antara Raja Lancelot dan Ray. Karena itu,” Alice mengangkat kepalanya. Maniknya menatap Amon tajam. “Selama aku berada di Negeri Ajaib, tidak akan aku biarkan kekacauan mengerikan semacam itu terjadi lagi!”
“Tangkap dia!” titah Amon.
Alice menarik belatinya dan mulai melawan. Surai cokelatnya sedikit rontok saat ia menghindari pedang lawan. Tapi, kedua mata, tangan, dan kakinya tidak bisa fokus pada banyaknya lawan sekaligus. “Gah!” erang Alice saat ia merasa seorang murid Amon berhasil menyayat punggungnya. Setelahnya, Alice menjatuhkan pria tersebut.
Tidak lama, ia dihujani oleh anak panah dan peluru. Alice mungkin bisa menghindarinya, namun satu anak panah berhasil memutus tali dari liontin yang melingkar di lehernya. Alice kepanikan. Liontin kaca pemberian Ratu Putih itu sangat berharga untuknya.

Baca Juga: Terorisme di Indonesia, Penasehat Ma’ruf Amin, Abdillah Toha: Tokoh Kebencian Harus Disingkirkan


Alice berniat untuk mengambilnya. Namun, kalung itu jatuh tepat di hadapan Amon. Alice tersungkur saat seseorang mendorongnya. Murid-murid sihir langsung menahan Alice.
Amon mengambil liontin tersebut. “Ah, bukankah ini liontin kaca milik Ratu Putih?” tanya Amon. Ia pun menarik pedangnya.
Alice menatap liontinnya yang berada di tangan Amon. Ia sadar, pancaran berwarna kegelepannya mulai menghilang.
“Tidak hanya itu, liontin ini juga akan menampung sihir cintamu, sihir yang akan melindungi Lancelot, Ray, dan yang lainnya.”
Kalimat yang pernah Ratu Putih katakan pada Alice saat memberikan liontin tersebut padanya. Alice menunduk. “Rajaku… Ray… yang lainnya, kalian sudah banyak melindungiku. Apa kerja keras kalian akan sia-sia di sini karenaku?”***

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x