Alice dan Dua Pasukan Negeri Ajaib (Chapter 13)

- 9 April 2021, 09:31 WIB
tower bridge london
tower bridge london /pixabay/

GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Alice berusaha melepas kotak berisikan kristal sihir yang mampu meledakan seluruh jembatan. Ia tidak bisa membatalkan sihirnya jika ia tidak bisa melihat kristal sihir tersebut. Ini membuat Alice kembali berada di ambang kematian.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Kristal sihir,” ucap Amon dengan nada iblisnya, mengaktifkan mantra peledak tersebut tersebut.
“Apa aku… akan mati di sini?” lirih Alice yang masih fokus melepas kotak tersebut. Sosok Lancelot, Ray, dan seluruh prajurit Pasukan Merah dan Pasukan Hitam langsung terbayang di benak Alice. “Maafkan aku, Lancelot, Ray. Aku menyayangi kalian!”
Kedua manik Amon memerah, menandakan ia akan menggunakan sihir. “Sihir peledak!”

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 9 April 2021 Papa Surya Bahas Masalah Elsa dengan Al Andin!


Alice menutup matanya kuat-kuat, bersiap untuk merasakan ledakan menyelimuti tubuhnya.
“Alice!!!” teriak Lancelot setelah berhasil mendorong Amon.
Namun, sepasang sorot zamrud berubah menjadi merah. “Mantra hitam, sihir penunda!” bisik seseorang.
“Ha?” bingung Alice saat ia hanya mendengar suara ledakan dari dasar sungai, dari kotak berisi kristal sihir yang Kyle tending. Ia tidak mendengar suara ledakan apapun dari kotak di hadapannya.
“Fenrir! Luka!” teriak orang yang menunggunakan sihir penunda itu pada rekannya.
“Woah, ya!!!” teriak Fenrir diiringi dengan suara tembakan. Fenrir pun berhasil menjatuhkan kotak tersebut dengan mudahnya.
“Kau tak apa?” tanya Luka pada Kyle seraya membantunya naik ke atas jembatan.

Baca Juga: Sinopsis Buku Harian Seorang Istri 9 April 2021: Tega! Nana Sudah Menjadi Aib, Bu Farah Paksa Dewa Cerai


“Ah, terima kasih. Kalian datang tepat waktu.”
Tenaga Alice sudah benar-benar habis. Tangannya pun sudah tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Ia hanya ingin melepas genggaman itu, mengingat tangannya sudah sangat sakit dan memerah. Dan saat itulah, tangannya menyerah.
Alice pikir semuanya akan berakhir begitu saja. Air mata jatuh bagai melawan gravitasi. Permukaan air sungai yang deras semakin dekat dan dekat. Alice hanya perlu bersiap untuk mati tenggelam atau mengenai bebatuan di sungai tersebut.
Tapi akhir yang Alice pikirkan itu tidak terjadi. Alice justru merasakan sepasang tangan mendekapnya. Ia merasakan kehangatan yang sangat familiar untuknya. “R-Rajaku,” lirih Alice seraya mengerat setelan yang orang itu kenakan, meluapkan segala rasa takut berlebih yang ia rasa.
Orang itu menghela napasnya, antara merasa lega atau justru merasa kesal. “Aku tidak tahu siapa ‘Rajaku’ yang kau maksud, tapi aku akan sangat kesal jika kau menjawab Lancelot-lah raja yang kau maksud,” tutur orang tersebut dengan suara yang sama familiarnya.
“R-Ray?!” kaget Alice.
Ya, kehangatan yang tadi Alice rasakan adalah kehangatan Ray Blackwell, si Raja Hitam.

Baca Juga: Pegawai KPK Terciduk Tilep Barang Bukti Emas, Fahri Hamzah Singgung Lembaga Suci yang Dulu Disembah Publik
“Kau ini, baru saja satu bulan lebih aku tinggalkan kau di markas Pasukan Merah, kau sudah seburuk ini,” gerutu Ray dengan dirinya.
“R-Ray,” panggil Alice lagi, memastikan kalau orang yang baru saja menyelamatkannya adalah Ray. Alice ingin memastikan bahwa sosok Ray nyata ada di hadapannya. “Ray… Ray!”
Ray semakin mendekap Alice, menyadari sedekat apa Alice dengan kematian sebelumnya. Ia membiarkan Alice menyadari keberadaannya dan merasakan kehangatannya. “Aku di sini, Alice.”
“Alice!” dari atas jembatan, Lancelot menatap Alice. Rasa cemburu mungkin sedang membakarnya saat ia melihat Alice bersama Ray. Namun bagaimana pun, Ray menjadi orang yang menyelamatkan hidup Alice saat itu. Ia harus berterima kasih.

Baca Juga: Satgas Penanganan Covid-19 Terbitkan SE Peniadaan Mudik Idulfitri, Pelanggar Bisa Dikenakan Sanksi Pidana
“Tutup telingamu sebentar,” pinta Ray. “Sihir penundaku tidak akan bertahan lama.”
“Eh?” bingung Alice. Namun, ia pun mengikuti apa yang Ray katakan.
BUARR!!! Ledakan dari dasar air kembali terdengar.
Alice dan Ray saling bertukar tatapan sebelum akhirnya keduanya saling terkekeh. “Terima kasih, Ray,” ucap Alice.
“Hm, sama-sama,” jawabnya. “Ah, aku harus segera membawamu pada Lancelot atau dia akan marah besar.”
Alice pun terkekeh. “Kau benar.”***

 
 

Editor: Digdo Moedji


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x