Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 29)

- 3 Juni 2021, 12:31 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Tsukiyama meyakinkan Nobuyasu mengenai tekadnya akan selalu rela berkorban demi kedua anak-anaknya.

Untuk mengurangi ketegangan yang ada di ruangan tersebut, Ieyasu mengumumkan bahwa Putri Kame sedang mengandung anak keduanya.

Tsukiyama dan Ieyasu pun bercerita tentang masa lalu mereka sebagai tahanan Klan Imagawa.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

“Eh?!” “Ibu bisa memanah?!” secara berturut-turut, Nobuyasu dan Putri Kame langsung terbangun saat tahu ibu mereka bisa memanah.

Tsukiyama kembali terkekeh dan mengangguk. “Saat Kame pergi ke medan pertempuran di Pertempuran Nagashino waktu itu, aku kembali mengambil alih tugas seorang ksatria wanita yang harus melindungi kastil. Ya, meski kebanyakan Junpei yang bertugas,” jujur Tsukiyama.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 19)

“Kalian tahu, ayah kalian sampai meracikan salap khusus untuk menyembuhkan memar di tanganku akibat pecutan tali panah."

Ayah kalian hanya kesulitan mengekspresikan kepeduliannya. Padahal dia sangat menyayangi orang-orang terdekatnya,” lanjut Tsukiyama.

“Kau berisik, Sena,” gerutu Ieyasu, tidak ingin mengakui apa yang istrinya katakan. Tsukiyama hanya cekikikan.
Ieyasu menatap anak-anaknya. “Ini sudah lewat jam tidur kalian."

"Nobuyasu, aku sudah menugaskanmu untuk mengurus daerah di dekat danau pagi sekali, bukan? Dan Kame, kau sedang mengandung. Kau harus tidur lebih awal!” titah Ieyasu pada anak-anaknya, layaknya seorang sosok seorang ayah yang tegas.

“Tapi, Ayahanda! Aku ingin menghabiskan waktuku dengan Ibunda!” protes Putri Kame. Ia langsung menunduk sedih dan berlirih, “selagi Ibunda masih memiliki waktunya untuk kita.”

“Kame, aku sudah bilang aku tidak akan kemana-mana,” Tsukiyama bertutur lembut.

“Bohong,” lirih Putri Kame.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 20)

Tsukiyama menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak pernah berbohong pada anak-anakku. Aku akan ada saat kalian menutup mata kalian. Dan saat kalian terbangun pun, kalian masih bisa merasakan keberadaanku. Aku tidak akan pernah jauh dari kalian.”

Senyuman hangat seorang ibu tidak pernah terkelupas dari bibir Tsukiyama. Ia menangkup pipi Kame dan menggenggam erat tangan Nobuyasu.

“Dengarkan aku baik-baik, Nobuyasu, Kame,” pinta Tsukiyama.

“Nyonya Tsukiyama bukan lagi nama yang bisa asal kalian panggil di tengah klan kita, di tengah istana ini.
Setelah ini, nama itu hanya akan dikenal sebagai nama seorang pengkhianat.

Karena itu, aku akan membuang nama itu demi menyucikan klan kita dan demi kebaikan kalian dan ayah kalian,” tutur Tsukiyama dengan lembut dan hangat.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 21)

Nobuyasu dan Putri Kame semakin mengerat dan mendekat pada sentuhan Tsukiyama.

“Tapi, Nobuyasu, Kame. ‘Ibunda’. Selama kalian masih bisa memanggilku dengan sebutan itu, aku pasti akan selalu bisa mendengar panggilan kalian dan berada di dekat kalian."

"Anggap panggilan itu sebagai doaku yang akan selalu menuntun kalian menuju kebahagiaan,” lanjut Tsukiyama.

Tsukiyama tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Topeng senyuman yang ia kenakan terkelupas seketika saat matanya mulai terlihat berkaca-kaca.

“Karena itu,” Tsukiyama mengecup kening Nobuyasu dan Putri Kame bergantian. Ia pun berusaha untuk kembali tersenyum.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 22)

“Panggil sebutan itu setiap kali kalian merasa dalam sulit dan kesepian.” (bersambung)***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x