Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 30)

- 4 Juni 2021, 10:10 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, selagi anak-anaknya masih khawatir dengannya, Tsukiyama meyakinkan keduanya bahwa ia akan selalu ada untuk mereka.
\
Namanya mungkin akan menjadi aib di tengah klan. Namun
Tsukiyama ingin anak-anaknya tetap bisa memanggilnya dengan sebutan ibunda.

Tsukiyama akan selalu mendoakan kebahagiaan anak-anaknya.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina Suhendra selanjutnya.

Tsukiyama menatap putranya. “Nobuyasu,” panggil Tsukiyama.

“Ya, Ibunda?” jawab sang putra. Ia langsung menatap serius sang ibu saat Tsukiyama menaruh raut wajah yang sama seriusnya di wajah.

“Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu,” tutur Tsukiyama.

“Dan aku ingin kau menjawab sejujur-jujurnya!”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 20)

Nobuyasu menelan ludahnya kasar. Ia merasa seperti anak kecil yang sedang dihakimi orangtuanya karena mencuri sesuatu.

“Dan apa pertanyaan itu, Ibunda?”

“Apa kau tahu seperti apa seorang pemimpin Klan Tokugawa harus memimpin?”

Nobuyasu membuka mulutnya hanya untuk kembali ia tutup. Ia tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

“Itu pertanyaan yang universal, Ibunda. Aku tidak bisa asal menjawabnya,” ragu Nobuyasu.

“Pemimpin Klan Tokugawa harus melindungi mereka yang lemah. Entah bagaimana caranya, kau harus bisa membagi rata apa yang langit berikan untukmu."

Seorang pemimpin Klan Tokugawa harus menggunakan kekuatan memimpin mereka untuk kepentingan bersama.

Mereka dilarang untuk melukai yang tidak berdaya atau memiliki keserakahan untuk kepentingan sendiri.

Hakimi mereka yang salah dengan hukuman yang setimpal. Ingatlah bahwa tidak semua masalah harus kau selesaikan dengan cara membunuh.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 21)

Carilah kawan dan pengikut- tidak perlu yang terlalu berkualitas, tapi carilah kesetiaan dalam diri mereka.
"Carilah mereka yang bisa terus ada bersamamu saat susah dan senang, mereka yang tidak akan mengkhianatimu dan menusukmu dari belakang.” Tsukiyama menasihati Nobuyasu sebagai calon penerus Ieyasu.

Manik Nobuyasu bergemerlap dalam kegelapan. Tsukiyama menatap Ieyasu.

Ia tidak bisa membaca apa yang suaminya pikirkan. Namun yang Tsukiyama tahu, hal yang menganggu pikiran Ieyasu adalah masalah Nobuyasu.

“Dan juga, Nobuyasu. Yang terakhir dan yang paling penting, seorang pemimpin Klan Tokugawa harus mau berkorban demi kebaikan bersama,” tambah Tsukiyama.

Ia menatap Ieyasu yang sudah menatapnya.

“Kau tidak harus selalu maju ke depan untuk mendapatkan apa yang kau inginkan atau butuhkan."

"Mundurlah sesekali dan tunggu waktu yang tepat untuk mengolah dan mendapatkan semuanya. Pengorbanan seperti itulah yang akan selalu kalian butuhkan untuk memimpin.”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 22)

Tsukiyama yang sudah tidak mampu menahan air matanya pun langsung memeluk kedua anak-anaknya erat.

“Memiliki putra dan putri yang kuat seperti kalian adalah suatu berkah,” isak Tsukiyama pelan.

“Aku percaya pada kalian. Tolong jangan lupakan pesanku itu, Nobuyasu, Kame.”

Putri Kame ikut menangis di pelukan sang ibu. Sementara itu, Nobuyasu terdiam, menyerap segala nasihat ibunya.
Meski setelahnya, air mata tetap meluncur bebas. Ia mengangguk dan membalas pelukan Tsukiyama.

Ieyasu berniat memberikan teh berisi obat tidur jika putra dan putrinya masih ada niatan untuk terjaga semalaman hanya untuk bersama Tsukiyama.

Namun, ia mengurungkan niatnya saat melihat Putri Kame menguap dan semakin mendekat pada pelukan ibunya.
Sementara itu, Nobuyasu sudah melepas pelukannya dan kembali menidurkan dirinya di pangkuan sang ibu.

Tsukiyama menarik napasnya. “Hingga pagimu menyapa, sayang tidurlah…” Nobuyasu dan Putri Kame terkejut saat Tsukiyama tiba-tiba bernyanyi.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 23)

Apalagi, mereka tahu dengan pasti itu adalah lagu pengantar tidurnya sendiri.

Namun, Tsukiyama segera membelai putra-putrinya untuk menenangkan keduanya.

Ieyasu mengenali alunan itu. Itu adalah alunan lagu pengantar tidur yang sempat Tsukiyama nyanyikan saat ia bermalam di ruangan sang suami.

Ieyasu hanya menutup matanya, mendengar alunan indah penuh kebohongan dari istrinya.

“Buang semua keresehanmu. Jangan kau takut, ‘ku ‘kan menjagamu. Biar cahaya bulan yang menuntunmu. Kita ‘kan bertemu lagi… di pagi indah saat kau terbangun…”

Putri Kame semakin menguatkan genggamannya pada kimono yang Tsukiyama kenakan. Ia berusaha sekuatnya untuk tidak menangis.

“Dengan ribuan dusta aku berusaha… ‘tuk selamatkanmu sekuatku. Tapi dunia ini tak merestuiku… mereka menjauhkanmu dariku.”

Air mata kembali membahasi pipi Tsukiyama. Ia tahu apa yang ia perjuangkan demi keselamatan dan kebahagiaan putra-putrinya akan segera berakhir dan sebentar lagi tepian jauh akan menjauhkannya dari kedua anak-anaknya.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 24)

Manik Tsukiyama dipenuhi kehangatan dan penyesalan di waktu yang bersamaan.

Kedua mata bak berliannya menatap Nobuyasu dan Putri Kame dengan penuh harapan dan rasa bersalah.

Tangannya yang hangat terus mengusap putra-putrinya, mengirim keduanya ke dunia mimpi.

Tsukiyama menarik napasnya sedikit kasar untuk menyembunyikan isakannya.

“Dan ketika malam kembali menyapamu, ‘ku ‘kan selalu ada di dekatmu… dan ‘ku ‘kan menunggu hingga kau terbangun. Kita… pasti ‘kan bertemu lagi…” (bersambung)**

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x