"Peluncur gelagar jenis ini, membuat pemasangan girder box di dalam terowongan pada trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung lebih cepat dan efisien jika dibandingkan cara lama dengan memasang penyangga di bawahnya, yang umum dilakukan dalam pembangunan jembatan tol," tuturnya.
Baca Juga: 5 Negara Paling Maju di Dunia, Nomor 1 Tak Disangka-sangka! Apakah Indonesia Bisa Mengikuti?
Terlebih, proyek KCJB memiliki 13 terowongan di sepanjang trasenya. Di samping itu, penggunakan peluncur gelagar ini juga lebih ramah lalu lintas.
"Karena biasanya girder dibawa melalui jalan raya kemudian dinaikkan untuk dipasang. Namun dengan teknologi yang dimiliki peluncur gelagar ini, girder bisa langsung dinaikkan untuk kemudian
dipasang. Sehingga proses pemasangan relative tidak mengganggu arus lalu lintas di sekitarnya," ujar Mirza.
Di samping fiturnya yang lebih fleksibel, peluncur gelagar jenis ini memiliki dimensi yang kompatibel dan mampu menyesuaikan dengan ukuran terowongan. Hal ini membuat pengerjaan konstruksi khususnya pemasangan box gelagar menjadi lebih efektif dan efisien.
Baca Juga: Pemerintah Taiwan Tuai Kecaman Setelah Musnahkan Lebih dari 150 Ekor Kucing Selundupan
Mirza mengungkapkan hingga pertengahan Agustus, progres proyek Kereta Cepat JakartaBandung sudah mencapai 77,92 persen. Pada awal Agustus, lanjut dia, terowongan 8 dan 10 yang berada di Kabupaten Bandung Barat berhasil ditembus.
"Pencapaian ini merupakan suatu hal yang luar biasa karena pembangunan kedua terowongan tersebut memiliki tekstur geografis yang cukup tinggi. Selain itu, dengan tembusnya terowongan 8 dan 10, artinya tinggal tiga lagi terowongan yang saat ini masih dalam proses penyelesaian untuk bisa tembus," katanya
Terowongan 10 memiliki panjang 1.230 meter dan berlokasi di Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Tunnel ini berhasil ditembus pada 6 Agustus 2021.