Dead Apple: Without Me (Chapter 9)

- 29 Desember 2020, 08:20 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, di tengah kabut yang menutupi Yokohama, Hana mengingat kejadian yang terjadi tujuh tahun sebelumnya saat ia kehilangan dua cahaya hidupnya yang paling berharga.

Dari sana, timbul lah rasa bersalah pada diri Hana, membuat kekuatannya sebagai salah satu mafia yang paling ditakuti berkurang cukup drastis.

Ikuti kisah selanjutnya dari manga karya Sadrina Suhendra

“Thinkin’ you could live without me.
Thinkin’ you could live without me.
Baby, I’m the one who put you up there.
I don’t know why… Yeah, I don’t know why…”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

Hana terbangun dari lamunannya dan tersadar bahwa ia sudah terdorong sampai ke dekat pelabuhan.

Ia menatap menara tinggi di pusat Yokohama. Ia tahu Dazai ada di sana. Hana mengeratkan giginya.

“Sial! Aku tahu semua itu salahku. Tapia pa yang terjadi tujuh tahun lalua dalah takdir,” gerutu Hana yang berusaha untuk tetap berpikir positif.

“Setelah aku kehilangan mereka berdua, kakakku ikut meninggalkanku. Apa kejadian yang sama akan terjadi pada Dazai? Apa aku akan kehilangannya seperti kalian?”
Hana berusaha untuk menghindari segala jenis serangan dari bayangannya. Keringat mulai membasahi pelipis Hana.

“Aku tahu aku sudah mengambil banyak nyawa sebagai anggota Port Mafia. Tapi apa ini hukumanku?” tanya Hana pada dirinya sendiri.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

Sekali lagi, Hana menatap menara tinggi di sana.
“Dazai, apa yang sedang kau lakukan di sana?” tanya Hana dalam hati. “Iblis macam apa yang merasukimu?”

“Tidak!” bantah Hana pada dirinya sendiri.

“Dia ingin melindungiku dan Diana. Karena itu dia memilih untuk pergi.”

Hana berusaha untuk terus dan terus berpikir positif. “Tapi Dazai,” lirihnya dalam hati seraya terus menangkis serangan bayangannya sendiri.

“Apa kau tidak merasakan kesepian di sana?”

“Baby, I’m the one who put you up there.
I don’t know why…
Yeah, I don’t know why…”

“Apa aku bisa tertahan dari diriku sendiri?” ragu Hana.
Katana yang ia bawa menjadi satu-satunya senjata yang ia punya. Ia membawa satu revolver lamanya, namun pelurunya sangat terbatas. Pandangan Hana agak buram.
“Nafas naga sialan!” gerutunya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 3)

Hana ingin menangis tapi ia tidak bisa. Ia selalu menyadari bahwa kekuatannya semakin melemah setelah kematian Kaori dan Yuzuru.

Apalagi setelah kakaknya, Odasaku wafat. Ia jadi benar-benar terpukul dan sangat melemah.

“Ada apa, Hana?”

Hana membulatkan matanya. Ia hampir terhuyung dan jatuh saat mendengar suara itu. “K-Kaori?”

“Kaori!” teriak Hana. Setelahnya, ia tidak bisa melihat apapun. Ia juga hampir tak bisa menangkis serangan bayangannya.

“Wah, wah! Kenapa kemampuanmu jadi menumpul? Aku khawatir kau akan kalah. Jadi belajarlah untuk melakukan bela diri tanpa kemampuan khusus.”

“Y-Yuzuru?!” kaget Hana lagi. Ia bisa mendengar suara kedua sahabatnya lagi. Apa ia sedang berhalusinasi?

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

“Tunggu dulu, Yuzuru! Hana sedang fokus!” ucap suara Kaori.

“Ini alasan kenapa aku bilang dia harus belajar bela diri tanpa kemampuannya.” suara Otonashi terdengar.

“Tunggu! Kalian-“ Hana berusaha berbincang dengan suara-suara itu di tengah pertarungannya. “Apa maksudnya ini?!”

“Hatsune memberitahu kami di alam sana,” lapor Kaori.

“Hatsune? Adik perempuan Yuzuru?” tanya Hana yang masih berusaha untuk fokus.

“Benar! Astaga, kita sudah tenang di alam sana. Dia malah menyuruh kita membantumu,” gerutu Yuzuru.

Genggaman Hana pada katananya menguat. Ia merindukan kedua sahabatnya itu tapi ia juga tidak ingin mengganggu ketenangan mereka.

“Hatsune punya kemampuan khusus untuk berkomunikasi dengan arwah disekitarnya."

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

"Tidak seperti kebanyakan kemampuan khusus yang akan meninggalkan pemiliknya saat sudah mati, Hatsune bisa membawa kemampuan khususnya ke alam sana,” jelas Kaori.

Hana hanya bisa diam. Ia tahu itu hanya ilusi. Tapi ilusi itu benar-benar membuatnya lebih kuat.

“Apa Dazai melukaimu lagi? Dasar, orang itu! Padahal dia bilang dia mencintaimu, tapi dia selalu membuatmu menangis,” gerutu Otonashi.

Untuk pertama kalinya malam itu, Hana bsia kembali tersenyum meski hanya sedikit.

Hana memang tidak ingin mengganggu ketenangan sahabatnya.

Tapi jika mereka mau datang memabntu, kau akan dengan senang hati menerimanya.

Suara yang selalu Hana rindukan, yang ingin selalu Hana dengar.

Untuk terakhir kalinya, mereka memberi Hana kesempatan itu sekali lagi.

Hana tidak akan menyia-nyiakannya. (bersambung)***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah