Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 40/Tamat)

- 14 Juni 2021, 09:40 WIB
GUNUNG Fuji.*
GUNUNG Fuji.* /PIXABAY



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, apa yang sejarah katakan tentang kematian istri sah dari Tokugawa Ieyasu?

Pada 9 September 1579 di Hamamatsu, Nyonya Tsukiyama dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berkhianat pada aliansi.

Ikuti cerita bersambung karya Sadrina selanjutnya.

Aroma musim gugur terbawa angin dan memberikan sensasi penuh ketenangan bagi siapapun yang menghirupnya.

Namun, tidak dengan Ieyasu dan kebanyakan orang-orang di Istana Tokugawa.

Aroma darah masih menggelitiki indera penciuman Ieyasu. Bayang-bayang mengerikan saat pedang Muramasa memenggal leher istrinya masih nampak jelas di hadapannya.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 30)

Perut Ieyasu akan terasa mual dan hatinya menjadi sesak saat ia mengingatnya. Sesekali, Ieyasu akan menggerutu karena ia tidak bisa kembali fokus pada pekerjaannya.

“Melapor, Tuanku. Putri Kame dan Tuan Nobumasa sudah sampai di Kastil Nagashino sejak pagi ini!” lapor seorang pengikut Ieyasu yang sudah terduduk di balik pintu ruangannya.

Ya, setelah acara pemakaman Tsukiyama, Putri Kame harus kembali ke kastil kediamannya bersama sang suami, mengingat mereka masih memiliki banyak tugas domain yang harus dikerjakan. Tentu saja, Junpei, mantan ajudan Tsukiyama pun ikut bersama keduanya.

“Kau boleh pergi!” Ieyasu membubarkan pengikut tersebut.
Hening kembali menyelimuti Ieyasu yang kini sedang menatap keluar jendela.

“Sena,” lirihnya seraya menghela napas, berharap Tsukiyama bisa mendengar dan memperhatikannya seperti pada janji yang ia buat.

“Suamiku…” Ieyasu membulatkan matanya, terkejut dan memutar badannya. Namun, kekecewaan tiba-tiba mengambil alih hatinya.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 31)

“Ah, Kotoku. Ada apa?” tanya Ieyasu pada Kotoku, salah satu selir sekaligus mantan pelayan Tsukiyama.

Untuk beberapa saat Ieyasu mengira yang tadi memanggilnya adalah Tsukiyama. Itulah yang membuatnya sedikit kecewa.
Kotoku menyerahkan sebuah kanzashi emas atau riasan rambut berbentuk bunga hollyhock merah. “Ini. Aku menemukan ini terjatuh dari lemari pakaiannya.”

“Ini,” Ieyasu kesulitan melanjutkan kata-katanya.

“Ini riasan rambut yang Sena pakai dua puluh dua tahun lalu,” tutur Ieyasu lagi, menunjuk hari pernikahannya dengan Tsukiyama.

Bayang-bayang Tsukiyama muda dalam Shiromuku putih yang dilengkapin dengan riasan rambut tersebut muncul di benak Ieyasu.

“Saat masih menjadi pelayannya, Ayunda Tsukiyama pernah bilang kalau itu hadiah darimu,” tutur Kotoku.

Ieyasu mengangguk. “Kau benar. Aku memberikan ini beberapa hari sebelum pernikahanku dengannya,” manik Ieyasu kini terlihat sedikit lebih hidup.

“Terima kasih, Kotoku,” gumam Ieyasu seraya mengecup kening sang selir itu.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 32)

Namun, gemerlap dalam manik Ieyasu hanya sesaat. Tadatsugu datang membawa berita yang kurang mengenakan.
“Maaf menganggu, Tuanku. Para petinggi klan ingin membicarakan perihal keputusan Anda tentang Tuan Nobuyasu.”

Ieyasu terdiam sejenak. “Aku akan ke aula pertemuan dalam lima menit!”

Cahaya senja mulai melukiskan warna kemerahan di langit, menandakan hari akan segera berakhir.

Ieyasu melewati gerbang Kuil Seiryu, tempat dimana Tsukiyama beristirahat untuk terakhir kalinya.

Di sana, Ieyasu bisa melihat Nobuyasu yang masih berdiri dalam diam, menatap makam ibunya.

Ieyasu menyimpan riasan rambut yang sebelumnya Kotoku berikan di makam Tsukiyama.

Ia menundukan kepalanya untuk berdoa dan setelahnya, Ieyasu berdiri dalam diam di samping putranya.

Hanya angin musim gugur yang bisa keduanya dengar. Sebelum akhirnya, Ieyasu berinisiatif untuk memecah kesunyian itu.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 33)

“Nobuyasu, mengenai keputusan pengasinganmu-”

“Aku tahu,” Nobuyasu memotong perkataan ayahnya. “Aku tahu semua rencamamu,” ia menghela napasnya.

“Lagipula, aku tidak akan melawan. Aku pernah sekali melawan dan itu membuat Ibunda terbunuh. Kalau aku melawan lagi, siapa yang akan terbunuh lagi? Kame? Atau mungkin kedua putriku? Tidak ada yang tahu.”

Ieyasu menghela napasnya. “Kau tahu aku tidak akan pernah meragukan kesetiaanmu, putraku. Aku tahu kau tidak sebodoh itu untuk berkhianat pada ayahmu sendiri. Kau tidak akan pernah melakukan apa yang akan membuat ibumu bersedih di alam sana,” tutur Ieyasu.

“Tapi kau boleh jujur pada dirimu sendiri. Jauh di dalam sana, kau sangat ingin membalaskan kematian ibumu. Apa aku salah?”

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 34)

Nobuyasu terdiam sejenak sebelum Ieyasu kembali berkata, “pikiran semacam itulah yang akan merusak hatimu. Karena itu, sebelum kau menyesali dendammu itu, aku akan menuntunmu pada keputusan yang benar, seperti apa yang ibumu minta padaku."

"Dia ingin aku selalu menuntunmu dan Kame pada keputusan yang setidaknya sedikit lebih baik.”

Ieyasu terdiam sejenak. Ia menatap riasan bunga hollyhock yang bertahta di makam Tsukiyama. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan, nak."

"Aku terlalu mengkhawatirkan kenaifan ibumu bahkan saat ia sudah berada di tepian jauh. Jadi kau harus menjaganya dari dekat untukku.”

Ieyasu menatap putranya, membuat Nobuyasu ikut menatapnya. “Setelah aku menahanmu di Kastil Futamata, sucikan dirimu demi klan, demi ibumu, dan demi dirimu sendiri!”

Nobuyasu mengangkat pandangannya. Manik berliannya melukiskan tekad yang kuat. “Tentu, Ayahanda. Jika itu demi Ibunda, aku tidak akan keberatan. Aku akan melakukannya! Aku akan menyucikan diriku dan nama baik klan ini.”

“Maafkan aku, putraku,” lirih Ieyasu.

Baca Juga: Lagu Pengantar Tidur Ibu (Chapter 35)

“Ayahanda, kau tidak perlu meminta maaf. Ini adalah dosa yang harus aku tebus.” Nobuyasu tersenyum tipis.

“Bisa mati demi melindungi nama baik klan adalah suatu kehormatan untukku. Itu yang harusnya seorang pemimpin Klan Tokugawa lakukan, bukan?”

“Terlebih, aku kira aku harus menunggu lama. Tapi,” Nobuyasu kembali menatap makam Tsukiyama, diikuti oleh Ieyasu.

“Aku senang bisa segera kembali bertemu dengan Ibunda!” (Tamat)***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x