Dead Apple: Without Me (Chapter 11)

- 31 Desember 2020, 08:03 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, di tengah pertemuan Hana dengan kedua arwah sahabarnya, Hana menemukan titik penyelesaian dari masalahnya saat itu.

Ia meminta bantuan pada sahabatnya, namun ia membutuhkan banyak usaha untuk meyakinkan keduanya. Terlebih, mereka mulai meragukan Dazai.

Hana pun menjelaskan bahwa pada dasarnya Diana akan mati jika Dazai benar-benar berkhianat.

Dengan meyakinkan Yuzuru dan Kaori, masalah pertama terselesaikan.

Ikuti kisah selanjutnya dari manga karya Sadrina Suhendra.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

“And then I got you off your knees,
put your right back on your feet.
Just so you could take advantage of me.”

“Ruang koleksiku.” Shibusawa membuka pintu ruangan kaca tersebut. “Selamat datang di Draconia.”

Saat pintu itu terbuka, terdapat sangat dan amat banyak kristal kemampuan dari orang yang Shibusawa bunuh.

“Jadi ini semua adalah kumpulan kristal kemampuan khusus?” tanya Dazai. “Aku terkejut kau bisa mengumpulkan semua ini sendirian.”

“Koleksi yang mengagumkan!” Kini giliran Fyodor yang memujinya. “Iblis pasti sangat iri padamu.”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

“Jadi, tikus sepertimu mau menjual informasi pada iblis sepertiku?” tanya Shibusawa.

“Sebagian besar koleksiku adalah hasil dari penjualan informasi yang kau lakukan padaku, Fyodor. Karenamu juga aku bisa menciptakan kabut sebesar ini untuk menutupi Yokohama yang sangat-sangat luas.”

“Tapi, dari mana kau mengumpulkan semua informasi itu?” tanya Shibusawa, meremehkan.

Fyodor hanya tersenyum. “Seluruh kota sudah dipenuhi oleh tikus-tikusku.” jawab Fyodor dengan entengnya.

“Meow,” Dazai tiba-tiba mengeong layaknya kucing.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 3)

Tiba-tiba, sebuah kilatan cahaya berwarna magenta terlihat. “Ada yang datang lagi,” lirih Shibusawa.

“Suatu tempat di Yokohama, ada pemilik kemampuan khusus yang mati.”

“Jika tidak ada pengguna kemampuan khusus di kota ini, maka semua ini takkan terjadi,” ungkapnya seakan merasa kasihan.

“Seberapa banyak pun aku mengumpulkannya.”

“Bagiku, manusia tidak lebih dari sebuah mesin yang berdaging. Meski mereka memiliki identitas sendiri. Tapi, ada satu makhluk yang gagal aku taklukan,” curhat Shibusawa dengan nada kesal namun tenangnya itu.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

“Yaitu diriku sendiri.”

“Apa kau tidak punya teman?” tanya Dazai.

“Aku tak butuh teman,” jawab Shibusawa seraya tersenyum.

“Tanpa teman pun aku masih bisa memahami perasaan semua orang. Selanjutnya, aku pasti bisa datang ke kehidupan berikutnya menggunakan pintu dimensi yang aku ciptakan.”

Dazai menghela nafasnya. “Kau takkan berkata begitu jika kau memiliki teman.” pungkasnya.

“Waktunya hampir tiba,” lirih Shibusawa seraya berjalan mendekati Dazai “Semua kemampuan khusus yang ada di Yokohama akan menjadi milikku.”

Shibusawa mendekatkan wajahnya, membuat Dazai sedikit menegakan dirinya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

“Apa kau pikir ada manusia yang bisa mengalahkan kemampuannya sendiri?” tanya Shibusawa.

Dazai hanya tersenyum dan berbisik, “aku yakin istriku bisa.”

“Tell me how it’s feel sittin’ up there.

Feeling so high but to far away to hold me.”

Dazai mengalihkan pandangannya. Sebuah kristal kemampuan khusus memiliki warna magenta yang lebih terang.

Ia dapat merasakan sesuatu dari kristal itu. “Alunan Kebohongan,” lirihnya. “Kaori.”

Shibusawa terkekeh. “Aku mengambilnya tujuh tahun lalu. Nyanyian gadis itu sangat-sangat merdu. Aku sampai lupa dengan kenyataan.”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 6)

Di samping kristal itu, ada sebuah rak kosong yang belum terisi. “Ah, aku sediakan rak itu untuk istrimu.

Pasti dia akan senang bila bisa beristirahat dengan tenang di samping sahabatnya.” ujar Shibusawa lagi.

Dazai hanya menghela nafasnya. “Tidak, istrimu itu kuat, Dazai. Bukankah dia satu-satunya orang yang berani menginvestigasi Pesawat Moby Dick milik Francis yang aku retas? Dia adalah wanita terkuat di Yokohama yang aku tahu,” ucap Fyodor yang seakan menyemangati Dazai.

Apa dasarnya, jarang sekali Fyodor memuji kemampuan seorang perempuan. Sekalinya itu terjadi, berarti ia sangat-sangat mengakuinya.

Dazai merogah sakunya. Ia menyentuh Kristal Kenangan buatan putrinya itu.

Tapi, “tak apa, Papa!” Dazai langsung tersentak.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 7)

Ia mengeluarkan kristal itu. “Mama, sudah selamat. Ia sudah mengalahkan dirinya sediri.”

“Suara itu,” lirih Dazai. “Benar juga, Kristal Kenangan milik Dewi Pelindung memiliki deduksi sempurna yang menghubungkannya langsung dengan si pencipta.

Kristal ini menghubungkanku dengan Diana. Padahal ia sedang terlelap.” ungkap Dazai dalam hati.

Dazai kembali memasukan kristal tersebut ke dalam sakunya. “Tapi syukurlah! Hana berhasil melakukannya.” (bersambung)***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x