Dead Apple: Without Me (Chapter 17)

6 Januari 2021, 08:40 WIB
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisaskan, asegala hal diusahakan oleh Divisi Tindak Khusus untuk memadamkan konflik. Termasuk mempertaruhkan nyawa mereka untuk bekerja sama dengan Chuuya.

Namun, di kala Chuuya berhasil, ada hal lain yang muncul secara tak terduga. Inti dari konflik baru saja dimulai dan jika mereka tidak berhasil mengakhirinya, Yokohama akan dijadikan lautan api.

Ikuti kisah selanjutnya manga karya Sadrina Suhendra

“You don't have to say just what you did.
I already know.”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

Ango berusaha untuk menghentikannya, tapi Hana tidak bisa hanya diam saat kotanya akan dibakar habis. Ango hanya bisa terduduk, meratapi masa depan Yokohama.

Saat Hana sampai, Hana menemukan tempat Shibusawa berada. Ia juga menemukan dua bawahan Dazai dan salah satu bawahan Hana sedang bertarung.

Hana terkejut saat salah satu bawahan Dazai –yang merupakan mantan bawahan Hana juga- terhempas karena serangan Shibusawa.

“Kyouka!” Hana langsung turun dan menggenggam tubuh gadis bernama Kyouka itu dengan erat sebelum tubuhnya menghantam batu.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

“Kau baik-baik saja?” tanya Hana. Maniknya menangkap seorang bocah setengah harimau putih. Kau sedikit. “Bocah dari Detektif Bersenjata?” gumam Hana.

“Apa yang ia lakukan?”
“Ada kemungkinan Shibusawa datang karena menginginkan Bocah Harimau itu. Jadi, masalah ini hanya bisa diselesaikan olehnya,” jelas Akutagawa, bawahan Hana.

Kyouka mempererat genggamannya pada tangan Hana saat mencoba untuk berdiri. “Dia sedang berada di bawah alam sadarnya. Kita harus membangunkannya.”

Hana yang berusaha untuk berpikir di tengah kekacauan tersebut. Pada akhirnya, Hana menarik napasnya.

“Bocah sialan, apa yang akan Dazai katakan padamu?!” teriak Hana, membuat Bocah Harimau, Atsushi itu tersentak dan bangun.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 6)

“Aku mohon… selamatkan Dazai dan Diana untukku!”

“Diam, kau manusia!”

Hana dan Kyouka sudah menutup mata mereka, siap untuk merasakan serangan Shibsuawa mengenai mereka. BANG! Hana yakin kalau ia baru saja mendengar suara ledakan.

Tapi, ia tidak merasakan apapun menghantam tubuhnya.

“Kak Hana, carilah dimana Kak Dazai berada. Biar aku, ‘Dik Kyouka dan Akutagawa yang menangani ini.”

Hana membuka matanya, mendapati Atsushi sudah menghentikan serangan tersebut. “Jika aku melihat Kak Dazai, aku akan memberitahumu.”

Hana ragu. Ia tidak bisa meninggalkan ketiganya begitu saja. Apalagi, mereka adalah bawahanmu dan Dazai.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 7)

Tapi, Hana paham dengan kondisi yang ada. Dengan kekuatan yang tersisa, Hana pun kembali mengapung di udara dan pergi.

Untuk terakhir kalinya, Hana menatap ke bawah, menatap bagaimana Atsushi, Akutagawa dan Kyouka berjuang mati-matian mengalahkan Shibusawa. Hana pun kembali fokus untuk mencari Dazai.

Tidak lama setelah Hana mencari, cahaya kebiruan menutupi seluruh pusat kota, membutakan mata Hana dan mentulikan pendengarannya.

Sekali lagi, cahaya kembali menyelimuti Kota Yokohama. Cahaya sebelumnya membersihkan seluruh kabut. Cahaya fajar mulai menghangatkan tubuh Hana.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 8)

Yokohama akhirnya kembali menjadi Yokohama yang dicintai oleh orang-orang.

Di bangunan pemerintah, Ango langsung menjatuhkan dirinya ke kursi kerjanya. Ia pun menghela nafasnya lega.

Di tengah perjalanan, Hana mendapati Chuuya yang sudah bersandar lemah pada pilar reruntuhan. “Chuuya!” Hana mendekati Chuuya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Si Bodoh itu sudah selamat.”

Hana tidak tahu apa yang harus ia katakan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Terima kasih, Chuuya.”

Chuuya menyeringai. “Seperti bukan dirimu saja.”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 9)

Tidak lama, Akutagawa lewat. “Apa yang kau lakukan di sini?” Chuuya memberi pertanyaan yang sama pada bawahannya itu.

Tidak ingin mengakui kekhawatirannya terhadap Dazai, gurunya, Akutagawa berniat untuk pergi. ‘Hey, pinjamkan aku pundakmu, dong!” titah Chuuya sambil terkekeh. Hana pun pamit untuk mencari Dazai.

Saat sudah lelah mencari, manik Hana langsung mendapati Dazai yang sepertinya baru keluar dari reruntuhan dan mendekati Atsushi dan Kyouka.

Air mata jatuh ke pipi Hana. “Dazai...”

“DAZAI!” Yang dipanggil langsung berbalik. Dazai menyadari Hana yang berlari lemah ke arahnya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 10)

Hana pun memeluk Dazai hingga membuat keduanya terjatuh. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Dazai.

Dazai pun terkekeh lalu mengelus punggung dan rambut istrinya itu. “Sudah-sudah! Semua sudah berakhir.” Dazai berusaha untuk menenangkan Hana.

“Bodoh! Sialan!” Hana terus memaki-maki suaminya itu. Dazai hanya mengelus-ngelus punggung Hana, membiarkan Hana mengeluarkan seluruh emosinya. “Aku takut!” jujur Hana.

Setelah Hana tenang, Dazai menarik dirinya untuk melihat istrinya. "Hana, apa yang aku lakukan sebelumnya-" ia tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk meminta maaf.

"Maaf, aku membuatmu khawatir. Aku tahu kau sangat panic saat Ango menuduhku."

Hana menggeleng kepalanya. "Aku tahu kamu berusaha melindungi kota ini. Aku istrimu, jadi aku percaya padamu."

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 11)

Hana dan Dazai tertawa. "Dia tidak akan menyadari kalau dia sudah menyelamatkan kita," tutur Dazai. Hana mengangguk. "Itu bukan masalah."

Keduanya terdiam sembari menikmati matahari yang mulai menempati singgasananya di langit fajar. "Apa ini yang benar-benar kau inginkan?" Kyouka tiba-tiba bertanya. Hana dan Dazai menoleh.

"Seperti Shibusawa, menurutku Kak Dazai dan Kak Hana bisa melupakan masa lalu mereka lagi." Atsushi menjawab, membuatmu tersenyum sedikit.

“Tapi untuk sekarang, setidaknya semua sedikit lebih indah untuk tinggal yang lainnya di kota ini." Hana dan Dazai tersenyum, menyadari Atsushi telah dewasa sejak pertama kali Dazai menemukannya.

“Dazai,” panggil Hana.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 12)

Sebelum Dazai dapat menjawab, Hana memeluk Dazai erat. "Hangat," lirih Dazai. Dia bisa merasakan kerinduan pelukan itu. "Maaf, Belladonna. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi."

Hana menarik diri dari pelukan itu. Dazai membantu Hana berdiri. Ia tahu Hana telah kehilangan banyak tenaga, tidak hanya secara fisik tetapi juga mental. Ia bisa melihatnya dari raut wajah Hana yang kelelahan.

Perlahan, Hana mulai melepaskan genggamannya pada Dazai. “Aku akan kembali ke markas. Aku yakin bos juga mencariku. Aku akan menjemputmu di kantor Detektif Bersenjata setelah selesai,” tutur Hana.

"Lalu kita akan kembali pada Diana." Hana mengangguk dan tersenyum. Dazai mencium pipi Hana singkat.

Setelah punggung Hana tidak terlihat, Dazai tersenyum tipis.

"Aku mungkin akan hidup lebih lama dari yang kupikirkan hanya untuk mereka berdua. Aku tidak mengingkari janjiku, kan?"

“Odasaku.”***

Editor: Brilliant Awal

Tags

Terkini

Terpopuler