Dead Apple: Without Me (Chapter 14)

- 3 Januari 2021, 07:27 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, Hana mengetahui dalang dibalik konflik tujuh tahun lalu, dimana kedua sahabatnya terbunuh.

Ia tidak menyangka bahwa orang yang membawa konflik tersebut adalah orang pemerintah yang bukan lain adalah Pimpinan Divisi Tindak Khusus, Sakaguchi Ango.

Oleh sebab itu, untuk menebus kesalahannya tujuh tahun lalu, Ango meminta bantuan Chuuya.

Namun, Chuuya menginginkan nyawa Ango sebagai gantinya.

Ikuti kisah selanjutnya manga karya Sadrina Suhendra.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

“Baby, I’m the one who put you up there.
I don’t know why…
Yeah, I don’t know why…”

“Semua sesuai rencana,” ujar Fyodor.

“Astaga, sungguh rencana yang sangat merepotkan,” gerutu Dazai. “Kita bisa menyusup masuk tanpa membuatnya curiga.”

“Ngomong-ngomong, apa alasanmu bekerja sama denganku?” tanya Dazai.

“Tentu saja untuk melihat dunia yang sebenarnya. Tapi, kau sendiri tahu banyak hiburan yang malah semakin menarik, bukan?” tanya Fyodor lagi.

Fyodor mengambil dua buah kristal dari rak di hadapannya.

“Pertanyaan yang sesungguhnya adalah siapa yang sebenarnya menjadi badut di sini?” Pertanyaan Fyodor tetaplah dibalas oleh pertanyaan oleh Dazai.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

“Jujur saja, aku tidak memiliki niat untuk bersekutu denganmu. Tapi, menjadikan Shibusawa sebagai boneka memanglah suatu keharusan. Dia punya pengaruh yang besar untuk Pemerintahan Jepang.”

“Dia sudah berniat membuat kabut di Yokohama dengan atau tanpa bantuanmu. Silahkan!”

Fyodor menyodorkan kristal yang ia bawa. “Yang satu bisa memanggil seluruh pemilik kemampuan khusus, yang satunya lagi bisa mengubah para pemilik kemampuan khusus menjadi kristal.”

Dazai hanya menatap kedua kristal itu.

“Dengan kedua kristal ini, kita bisa memakan seluruh koleksi yang ia punya dan membuat kabut ini kehilangan sumber energinya,” jelas Fyodor.

“Sekarang, pakailah kemampuan penetralmu itu untuk membuka kristal ini, lalu kembalikan semua pada pemiliknya,” pinta Fyodor.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 3)

“Semoga istri dan putriku selamat.” Dengan itu, Dazai menyentuh kedua kristal tersebut.

Kekuatan dari dua kristal itu bersatu. Semua kristal yang ada di ruangan tersebut seakan tertarik untuk bersatu dengan kekuatan itu.
Kekuatan yang besar pun tercipta di sekitar Dazai dan Fyodor.

“Menghapuskan semuanya,” gumam Dazai seakan memerintah sekaligus meminta. “Setelah itu, semuanya akan selesai.”

Tapi, DAPP! “E-eugh!” Nafas Dazai tiba-tiba tercekal saat ia merasakan sebuah benda tajam berhasil menancap dari bekalang tubuhnya.

“Bukankah sudah aku bilang?” tanya Shibusawa yang tiba-tiba datang. Ia terus mendorong pisau yang ia tusukan pada Dazai.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

“Tidak ada yang bisa melebihi ekspektasiku.”

“A-akh, padalah a-aku yakin sudah m-mengunci pintunya,” ujar Dazai yang hanya bisa berlutut dan menerima rasa sakit itu.

Darah merah mengotori kain jas berwarna putihnya.

Fyodor yang ada di hadapannya hanya bisa terkekeh puas. Dazai iku tersenyum. “Jadi begitu, di sinilah pengkhianatan itu terjadi?”

“Sudah aku bilang, bukan?” tanya Fyodor. “Semakin menghibur, semakin baik.”

“Dan juga-“

Dazai sulit melanjutkan kata-katanya. Racun yang ada di pisau tersebut sudah mengambil alih seluruh syaraf dan sel tubuhnya.
Dazai pun tergeletak di hadapan Fyodor dan Shibusawa.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

“Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Dazai dengan nafas seadanya.

“Tidak ada selanjutnya.” Shibuawa yang menjawabnya. “Kaulah yang selama ini menjadi targetku.”

“Aku tidak tahu kalau pisau buah bisa lebih dari sekedar melukai,” gumam Dazai.

“Ternyata pisaunya beracun.”

“Itu adalah rasa kematian yang selama ini kau nanti-nanti.”

Dazai menyeringai. “Kenapa kau bisa melakukannya?” tanya Dazai dengan nafas yang sudah terengah-engah.

“Aku sudah berjanji akan mati dengan istriku. Tapi,” kesadaran Dazai mulai hilang. “Rasanya enak juga,” ucap Dazai seakan menikmati rasa sakit tersebut.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 6)

Setelah benar-benar lumpuh, racun tersebut merenggut kesadaran Dazai. Dazai pun menutup matanya.

Tiba-tiba, sebuah kristal keluar dari tubuh Dazai. “Untuk beberapa kasus, saat pemiliknya mati, maka kemampuan khusus itu akan meninggalkan jasad pemiliknya.

Kecuali untuk kemampuan khusus yang turun-temurun seperti kemampuan istri dan putrinya.” ujar Fyodor, memberi informasi.

“Kemampuan khusus Dewi Bencana milik istri Oda Tsurukichi kini diturunkan ke Oda Hana, istri Dazai. Mungkin kau akan sedikit kesulitan mengambilnya.”

Kemampuan No Longer Human milik Dazai bukan kemampuan turunan. Jadi jelas, kemampuan itu akan meninggalkan jasad Dazai yang sudah tak berkutit itu.

Shibusawa mendekati kristal tersebut lalu berjongkok. “Ah, belum pernah rasanya jantungku berdebar sekencang ini,” gumamnya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 7)

Tapi, saat ia akan mengambil kristal itu, warnanya tiba-tiba berubah. Shibusawa terkejut saat ia melihat kilatan terpancar dari kristal tersebut.

“Bukan!” bahtahnya lalu mundur.

Fyodor hanya terkekeh. Perlahan, kristal itu seakan menutupi tubuh Dazai, membentuk dinding gelembung berwarna keorenan yang melindunginya.

“Kenapa?!” bingung Shibusawa.

“Dengan bersatunya kedua kemampuan penyatuan dan pembatalan, kemampuan yang baru akan terlahir. Selain itu, Kristal Kenangan buatan putrinya bukan sekedar kristal biasa."

"Jiwa dari putrinya melindungi Dazai meski putrinya sedang tak sadarkan diri. Kristal itu takkan hancur apabila penciptanya tak memerintahkan,” jelas Fyodor.

“Dua kekuatan kuat dan satu pelindung. Bukankah itu menakjubkan?” tanya Fyodor.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 8)

Fyodor berjalan mendekati Shibusawa. “Bahkan dengan kemampuan khusus milik Dazai, apa yang sebenarnya kau,” Fyodor menghentikan pertanyaannya. “Ingatanmu yang hilang itu,” Fyodor berjongkok. “Takkan pernah kembali.”

“Bagaimana kau bisa tahu?!” tanya Tatsuhiko yang panik lalu berdiri.

“Kau tak perlu khawatir. Aku yang akan mengisi kekosongan itu untukmu.” Fyodor mengeluarkan pisau lipatnya.

SLITT!!! Ayunan pisau yang terlalu sempurna, berhasil menyayat leher Tatsuhiko. “Itulah kematian,” lirih Fyodor. “Apa kau ingat sesuatu?”

“Begitu ya,” lirih Shibusawa lalu terhuyung ke belakang. “Sensasi ini,” semua langsung tampak hitam. “Aku mengingatnya.”

Semua kilasan ingatan yang dipancarkan dari perpaduan kemampuan pemanggil, pembatal, dan pelindung yang Dazai satukan terlihat dengan jelas di hadapan Shibusawa.

Tentang bagaimana ia menekan melakukan percobaan dan membunuh dirinya sendiri.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 9)

“Kau sudah bertemu dengan kematianmu. Karena kau telah mati, maka dirimu sendiri lah yang mewarisi kemampuan itu saat berpisah dengan ragamu,” jelas Fyodor.

“Kau lupa pada kematianmu sendiri dan membuat ruangan untuk mengoleksi lalu mengaturnya sendiri. Itulah dirimu yang sekarang.”

Fyodor terkekeh. “Ini awal dari sebuah akhir,” lirihnya.

Kabut berwarna keorenan terang pun tercipta, menciptakan seekor naga raksasa yang mengelilingi pusat kota.

“Hm?” bingung Fyodor. Ia menoleh ke belakangnya, mendapati jasad Dazai melayang menuju sumber kekuatan itu.

“Kau cukup serakah ya, Dazai?” komen Fyodor. “Bahkan dalam kematian, kau masih ingin melihat kota ini hancur. (bersambung)**

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x