Dead Apple: Without Me (Chapter 15)

- 4 Januari 2021, 08:09 WIB
Ilustrasi apel
Ilustrasi apel /PIXABAY/congerdesign



GALAJABAR - Pada chapter sebelumnya dikisahkan, pengkhianatan demi pengkhianatan mulai terjadi di antara Dazai, Fyodor, dan Shibusawa.

Ada Shibusawa yang mengkhianati Dazai, ada Fyodor yang mengkhianati Shibusawa, dan yang terpenting adalah pengkhianatan berencana yang dilakukan Fyodor dan Dazai pada Shibsuawa itu sendiri.

Semakin kemari, terungkap alasan Dazai berkhianat. Ia ingin melindungi Yokohama dengan caranya sendiri.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 1)

Simak kisah selanjutya dari manga karya Sadrina Suhendra

“Baby, I’m the one who put you up there.
I don’t know why…”

“Chuuya, kau tahu maksudku!” titah Ango. Hana menemani Chuuya di pesawat pemerintah. Meski Hana ada di ruang kendali bersama salah satu bawahan Ango, kini Chuuya sudah berada di gerbang penerjunan dari pesawat tersebut.

“Aku tidak peduli,” lirih Chuuya dengan nada terendahnya.

“Kau yakin?” tanya Ango. “Kau masih belum mengambil hadiahmu yaitu nyawaku.”

“Jangan senang dulu, biadab!” sindir Chuuya. Ango terkejut.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 2)

“Tujuh tahun lalu, kau hanyalah seorang karyawan pemerintah rendahan. Tidak ada yang mau mendengarkan semua itu darimu, bukan? Aku tahu ini hanya sebuah bualan belaka.”

Di dalam naga itu, Dazai masih menutup matanya. Ia tidak sadar bahwa sudah menjadi jantung dari naga yang harus dibunuh.

Karena kemampuan gelembung pelindung milik putrinya, Dazai seperti sedang memimpikan hal yang sama dengan putrinya.

Hana dapat melihat apa yang terjadi pada Dazai lewat perhiasan kristal yang putrinya buat untuknya.

“Dazai,” lirih Hana. “Candaanmu waktu itu,” Hana selalu ingat dengan candaan Dazai yang ingin mati bersamanya.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 3)

“Aku harusnya ikut denganmu. Kita bisa mati bersama.”

“Dia tidak mati, Hana.” Meski terpisah, Chuuya seperti bisa mendengar perasaan Hana. “Dengarkan aku!” perintah Chuuya.

“Suami dan putrimu sedang berada di alam bawah sadar mereka. Tapi mereka bermimpi tentang hal yang sama. Dazai tidak mati. Aku sendiri yang akan membangunkannya.”

Hana yang berada di ruang kendali pun langsung berlari keluar. “Nyonya Hana!” teriak salah satu bawahan Ango. Hana tidak mendengarkan.

Hana berhenti tepat di belakang Chuuya. “Bawa aku bersamamu!” teriak Hana.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 4)

Chuuya menyeringai. “Kau hanya akan terbunuh. Kau akan membiarkan Diana tumbuh tanpa seorang ibu?” tanya Chuuya dingin.

“Jika begitu, apa kau mau membuat kerja keras putrimu untuk melindungi ayahnya sia-sia? Ibu macam apa kau ini?”

“Aku punya dendam atas kematian keenam temanku. Aku tahu kau juga ingin membalaskan dendam kedua sahabatmu.
Kaori, Yuzuru,” Hana tersentak. “Kalian bisa mendengarku, bukan?”

“C-Chuuya berbicara dengan kita?!” kaget arwah Kaori.

“Meski kalian sudah tenang di alam sana, satu sahabat kalian tidak bisa tenang di sini,” tutur Chuuya yang jelas terdengar jelas oleh Kaori dan Yuzuru.

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 5)

Hana mendongak. “Tapi,” Hana sulit melanjutkan kata-katanya. “Kenapa kau bisa seyakin itu bahwa Dazai tidak bersalah?!” Tanya Hana.

“Obat tidur yang ia berikan pada Diana dan penangkal racun yang ia bawa, untuk apa dia membawanya? Tentu dia juga berpikir aku akan datang."

"Dia juga sadar bahwa pisau buah itu sangat beracun. Dokter dari Detektif Bersenjata tidak akan mampu membuat dosis yang cukup."

"Jadi ia meminta bantuan bos. Obat-obat itu sudah cukup untuk menjadi bukti bahwa Dazai tidak bersalah.”

Hana tidak berani menatap Chuuya. “Tapi, ika kau gagal, semua akan berakhir.”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 6)

“Hana,” panggil Chuuya. Hana pun mendongak. “Kau tahu sebringas apa mode korupsiku. Sekali aku menggunakannya, aku tidak akan bisa mengendalikan diriku sendiri. Tapi,” Chuuya menoleh untuk menatap Hana.

“Jika aku sudah menggunakannya, maka aku sangat percaya bahwa suami bodohmu itu bisa menetralkan kemampuanku.”

Hana pun terdiam. Ia merasa ingin mengutuk dirinya sendiri yang tidak percaya pada Dazai. Padahal, Chuuya sangat-sangat mempercayai Dazai.

“Ango,” kini Chuuya memanggil Ango. “Si Bodoh Dazai itu ada di dalam sana. Tapi kau tidak perlu meragukan apapun tentangnya. Aku harus membuatnya sadar atau aku tidak akan dapat apa-apa. Aku tutup, ya?”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 7)

Dengan itu, sambungannya pada Ango terputus. Ango menunduk. “Aku mengandalkanmu,” lirihnya.

Chuuya melepaskan sarung tangannya dan membuangnya entah kemana. “Kita sudah mendekati sasaran,” ucap seorang wanita yang baru datang dan berdiri di samping Hana.

Ia adalah salah satu bawahan Ango. Chuuya merogah sakunya, menutupi tangannya.

“Oh, wanita yang tadi,” ujar Chuuya.

“Namaku Tsujimura. Apa kau benar-benar akan pergi?” tanya wanita itu.

“Hm,” jawab Chuuya singkat.

“Percuma!” bantahnya. “Monster itu jauh di luar jangkauan manusia. Kalau terlalu percaya diri, kau bisa mati!”

Baca Juga: Dead Apple: Without Me (Chapter 8)

Hana kesal karena wanita itu meremehkan Chuuya. Kau yang bertahun-tahun menghabiskan waktu bekerja bersamanya sebagai mafia sangat tahu sebrutal apa Chuuya.

“Itu bukan alasan untuk takut dan pulang. Meski mati, setidaknya aku bisa mati dengan tenang karena dendamku telah terbalaskan. Lagipula,” tanpa menatap, Chuuya menunjuk Hana, membuatnya tersentak.

“Dia adalah sahabatku dan suaminya adalah musuhku. Aku masih punya janji dengannya untuk saling membunuh.”

Tsujimura terkejut. “Kau tahu kapan waktunya untuk takut dan pulang?” tanya Chuuya.

“Aku tidak tahu,” jawab Tsujimura setelah keheningan.

“Jawabannya adalah tidak ada!”

Halaman:

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x